Pangdam Perintah Copot Danramil Ranto Peureulak
Pangdam IM, Mayjen TNI Abdul Hafil Fuddin memerintahkan Danrem dan Dandim untuk segera mencopot
BANDA ACEH - Pangdam IM, Mayjen TNI Abdul Hafil Fuddin memerintahkan Danrem dan Dandim untuk segera mencopot dan menggantikan Danramil Ranto Peureulak, Aceh Timur, terkait kebakaran sumur minyak ilegal yang terjadi beberapa waktu lalu. Alasannya, menurut Pangdam, Danramil sebenarnya mengetahui aktivitas pertambangan minyak ilegal itu sebelum kejadian kebakaran Rabu 25 April 2018.
“Sudah saya perintahkan Danrem, Dandim segera ganti Danramilnya. Karena saya yakin Danramil mengetahui perbuatan (aktivitas warga) yang dilakukan di sumur-sumur minyak ilegal itu,” kata Pangdam IM saat diwawancarai awak media usai acara silaturahmi di kediaman Pangdam IM di Banda Aceh, pagi kemarin.
Alasan pencopotan itu, karena Danramil dianggap tidak mampu menjaga wilayahnya sehingga aktivitas pertambangan minyak ilegal tersebut terus berlanjut selama ini dan pada Rabu 25 April terjadi ledakan dan merenggut 23 nyawa. Ditanya apakah ada keterlibatan Danramil sehingga Pangdam memerintahkan diganti, Pangdam IM mengatakan tidak ada. Pergantian itu karena Danramil dinilai tidak mampu melaksanakan tugasnya.
“Danramil belum ada pemeriksaan, tapi dia melaksanakan tugas di situ, dia melihat bahwa sumur itu bukan satu di situ, sumur di situ ribuan. Mungkin ketidakmampuan dalam pengawasan, bukan saya katakan dia terlibat, tidak, tapi saya yakin dia mengetahui perbuatan yang dilakukan masyarakat di situ, pencegahannya tidak dilakukan,” kata Hafil Fuddin.
Selain memerintahkan Danrem dan Dandim untuk mengganti Danramil, Pangdam IM juga sudah menyampaikan ke Gubernur Aceh dan Kapolda Aceh agar menghentikan dulu aktivitas pertambangan minyak ilegal selama investigasi kasus dilakukan pihak kepolisian.
“Tapi kita cari juga apa yang harus kita lakukan, karena masyarakat di sana memang menghasilkan dari sumur-sumur tersebut. Oleh karena itu, ini perlu diatur dengan baik, sehingga kita tidak ingin ada lagi korban nyawa ke depan. Korban yang luka bakar yang dirawat itu cukup memprihatinkan, ngeri kita lihatnya, saya juga tidak tega,” kata Hafil Fuddin.
Oleh sebab itu, Pangdam IM meminta kepada masyarakat agar tidak mengedepankan keinginan diri sendiri, tapi seharusnya mengingat semua koban jiwa yang telah berjatuhan. “Jadi sebaiknya diinvestigasi dulu, nanti kita atur siapa yang berhak mengelola ini, pengawasnya dari mana. Nanti yang mengelolanya juga masyarakat. Sekarang sudahlah, berhenti dulu sementara, sabar,” kata Pangdam IM.
Dia menyebutkan, saat ini sesuai hasil koordinasi dirinya dengan Kapolda Aceh dan Polres Aceh Timur sudah menahan beberapa orang, ada juga yang sudah dilepas karena hanya sebatas dimintai keterangan sebagai saksi. “Pelaku utamanya kalau dia memang terbukti, saya rasa itu harus diproses hukum. Sedangkan beberapa orang lain yang terlibat karena ikut serta mungkin bisa dimintai keterangan sebagai saksi,” katanya.
Yang perlu dilakukan sekarang, lanjut Pangdam IM, pengelolaan sumur-sumur minyak warga itu dilakukan dengan benar termasuk adanya prosedur atau aturan, sehingga aktivitas warga di sana terkontrol dan tak berpotensi terjadinya kecelakan dalam bekerja. “Saya yakin kalau dikelola dengan benar oleh pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta, ini akan tertib karena kalau tidak tertib korban bisa saja bertambah lagi,” demikian Pangdam IM, Mayjen TNI Abdul Hafil Fuddin.(dan)