Duh, Ternyata Anak-anak Agusen Buta tentang Leuser

TAMAN Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang memiliki keanekaragaman hayati dan kini menjadi satu situs warisan dunia

Editor: bakri
Anak-anak bermain hp di ujung jembatan Agusen, Kecamatan Blangkejeren, Gayo Lues, Minggu (6/5/2018). SERAMBI/ASNAWI KUMAR 

TAMAN Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang memiliki keanekaragaman hayati dan kini menjadi satu situs warisan dunia, ternyata tidak banyak diketahui oleh anak-anak Agusen. Padahal desa berpenduduk 205 kepala keluarga (746 jiwa) di Kecamatan Blangkejeran, Gayo Lues itu persis berada di kaki Gunung Leuser. Jadi, sejatinya, merekalah nanti yang akan menjadi “pewaris” langsung kawasan yang berfungsi sebagai paru-paru dunia itu.

Fakta ironi sekaligus sangat mengejutkan itu terungkap pada saat Lomba Menggambar dan Mewarnai dengan peserta Anak-anak Kampung Wisata Agusen yang digelar oleh Panitia Field Trip bersama Jurnalis Aceh, Komunitas Video Dokumenter dan Bloger, di Agusen, Sabtu (5/5) pekan lalu. “Ini menandakan upaya mewarisi nilai-nilai kearifan lokal terkait keberadaan Gunung Leuser belum tersosialisasi dengan baik,” kata Een Irawan Putra.

Menurut Direktur Eksekutif Yayasan Merekam Nusantara yang menjadi mitra USAID Lestari bagi terselenggaranya kegiatan itu, hal tersebut diketahuinya ketika ia bertanya kepada anak-anak Agusen yang menjadi peserta lomba yang semuanya sudah bersekolah. “Saya menanyakan; binang apa saja yang hidup di TNGL? Mereka tampak bingung, tidak tahu harus menjawab apa, bahkan ada yang asal menjawab; singa dan jerapah,” kata Een Irawan.

Hal tersebut, menurut Een, bukan saja ironi tapi juga menyedihkan. Mestinya anak-anak seusia mereka, yang rata-rata sudah duduk di bangku kelas 5 dan 6 sekolah dasar (SD), tidak sulit menjawab pertanyaan tersebut. Bukan tidak mungkin, hal yang sama juga dialami anak-anak, termasuk orang tua mereka dan warga Gayo Lues lainnya di luar Agusen yang buta tentang Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

“Dengan fakta seperti ini, kami mengharpkan kepada pemerintah, khususnya kepada bapak Bupati Gayo Lues, agar lebih menggencarkan lagi kampanye dan sosialisasi tentang TNGL yang berfungsi sebagai paru-paru dunia itu,” ujarnya pada acara diskusi dan sharing pengalaman peserta Field Trip dengan Pemkab Gayo Lues, di Agusen, Sabtu (5/5) pekan lalu.

Sosialiasi dan upaya mewarisi nilai-nilai kearifan lokal termasuk pengetahuan tentang KEL, antara lain bisa dilakukan dengan memasukkannya dalam kurikulum sekolah, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah yang ada di Gayo Lues. Kekayaan dan keanekaragaman hayati TNGL, seperti jenis-jenis flora dan fauna yang tidak didapati di tempat lain, harus menjadi pengetahuan umum bagi warga di sini. “Ini penting, mengingat sebagian besar keberlangsungan kehidupan warga daerah ini sangat tergantung dari TNGL,” ujar Een Irawan.

Mendapat masukan seperti itu, Bupati Gayo Lues H Muhammad Amru, tidak menampik bahwa apa yang disampaikan itu memang benar adanya. Karena itu, ia mengatakan ke depan pihaknya akan mengampanyekan lebih gencar lagi tentang KEL bagi warganya, terutama generasi muda dan anak-anak sekolah. “Upaya sosialisasi dan menjaga kelestarian ekosistem Leuser ini memang merupakan program utama bagi kami, segenap jajaran pemerintahan Gayo Lues,” katanya.

Sesuai tujuan awal, kegiatan peserta Field Trip bersama Jurnalis Aceh, Komunitas Video Dokumenter dan Bloger, yang semuanya berjumlah 42 orang, di samping untuk mengenal kehidupan masyarakat Agusen, juga sharing pengalaman para jurnalis dalam kerja-kerja reportase tentang KEL, termasuk diskusi materi edukasi untuk kelestarian KEL. “Saya senang mendapat masukan seperti ini. Silakan ekspos ke dunia luar tentang kondisi daerah kami ini; apa adanya,” kata Bupati Muhammad Amru.

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa TNGL merupakan satu kawasan pelestarian alam di Indonesia seluas 1.094.692 hektare yang secara administrasi pemerintahan terletak di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo, dan Langkat.

Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang tingginya mencapai 3.404 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Aceh. TNGL ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Dalam diskusi dan berbagi pengalaman peserta Field Trip terungkap pula bahwa TNGL memiliki tiga fungsi: yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan; pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Usai diskusi dan saling berbagi pengalaman, pada malam harinya peserta Field Trip nonton bareng film hasil garapan sejumlah peserta bersama dengan warga setempat. Dan keesokan harinya, Minggu (6/5) semua peserta kembali ke daerah masing-masing dengan membawa pengalaman mengasyikkan dari Kampung Wisata Agusen. (asnawi kumar)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved