Penjelasan Ilmiah tentang 'Ketindihan' dan Cara Mengatasinya, Bukan Soal Mistis
Untuk menjawab fenomena tersebut, sebuah studi terakhir menemukan alasan agar orang-orang yang pernah mengalaminya merasa lebih baik.
SERAMBINEWS.COM - Orang Jawa menyebutnya tindihen (ketindihan). Terjadi saat tengah malam kita terbangun dari tidur, namun badan tidak bisa digerakkan sama sekali.
Seperti ada yang menindih tubuh. Banyak yang percaya itu "kerjaan" makhluk gaib.
Dalam dunia medis fenomena ini disebut sleep paralysis. Jadi, bukan karena "kerjaan" makhluk gaib.
Untuk menjawab fenomena tersebut, sebuah studi terakhir menemukan alasan agar orang-orang yang pernah mengalaminya merasa lebih baik.
Pasalnya, mempercayai ‘ketindihan’ sebagai fenomena mistis akan membuat masyarakat terus terjebak dalam ketakutan yang tidak beralasan.
Baca: Penggambar Karakter Spiderman yang Jauh dari Sorotan, Ini 6 Fakta Tentang Steve Ditko
Penjelasan yang dilansir dari HelloSehat ini memuat fakta bahwa selama siklus tidur Rapid Eye Movement (REM), otak manusia akan mengirimkan sinyal (glycine dan GABA) untuk ‘mematikan’ otot-otot tubuh sehingga kita tidak ikut bergerak selama bermimpi.
Ini adalah sebuah keterampilan evolusi yang penting untuk mencegah kita melukai diri sendiri atau teman tidur ketika kita bermimpi.
Lalu apa penyebab ‘ketindihan’?
Sebanyak 4 dari 10 orang pernah mengalami sleep paralysis. Gangguan tidur ini umumnya dialami oleh orang-orang di tahun remaja hingga usia dewasa muda.
‘Ketindihan’ bisa jadi faktor genetik, namun terdapat sejumlah faktor lain yang mungkin terkait dengan fenomena ini, seperti:
Baca: Semi Final Piala Dunia 2018 Prancis Vs Belgia, Ini 5 Pemain Muda Paling Potensial Cetak Gol
- Kurang tidur
- Waktu tidur yang berubah
- Stres atau gangguan bipolar
- Tidur telentang
- Gangguan tidur lainnya (narkolepsi atau kram kaki malam hari)
- Konsumsi obat tertentu, seperti obat ADHD
- Penyalahgunaan narkotika
- Perlu diingat, kurang tidur yang ekstrem dan stress menyebabkan siklus tidur yang berantakan.
Bisa saja Anda melewati tahapan non-REM (tidur ringan atau tidur ayam) dan langsung memasuki tahapan mimpi (REM) begitu mulai memejamkan mata.
Baca: Banjir Bandang Melanda Jepang, 76 Orang Tewas dan 92 Orang Hilang
“Saya yakin melihat makhluk gaib saat sedang ‘ketindihan’, kok!”
Sleep paralysis terjadi saat mekanisme otak dan tubuh menjadi tumpang tindih, tidak berjalan selaras saat tidur sehingga menyebabkan kita tersentak bangun di tengah siklus REM.
Saat seseorang terbangun sebelum siklus REM usai, otak belum siap untuk mengirimkan sinyal bangun sehingga tubuh masih dikondisikan dalam keadaan bermimpi, alias setengah tidur setengah sadar.
Maka dari itu, Anda akan merasakan tubuh kaku, sulit bernapas, dan tidak bisa berbicara saat ‘ketindihan’.