Luar Negeri
Lawan Strategi Perang Dagang AS, Enam Aksi Balasan Ini Bisa Digunakan China, Apa Saja?
Mengingat saat ini China memiliki ruang terbatas untuk membalas melalui perdagangan, China dapat mencari strategi lain dalam membalas AS. Apa saja?
SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON DC- Amerika Serikat lagi-lagi mengancam akan meningkatkan perang dagangnya dengan China.
Sebelumnya pada 6 Juli 2018, AS memberlakukan tarif pada barang-barang China dengan nilai mencapai US$ 34 miliar.
Beberapa hari berselang, AS mengumumkan daftar beberapa produk tambahan lain yang akan dijadikan target penetapan tarif dengan nilai mencapai US$ 200 miliar.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, barang dengan nilai lebih dari US$ 500 miliar dapat terkena imbas pemberlakuan tarif. Jumlah tersebut hampir mencapai seluruh nilai ekspor barang China ke AS tahun lalu.
Mengutip BBC, AS membeli hampir empat kali lebih banyak dari China dibanding apa yang mereka jual kepada mereka.
Baca: Suami Inneke Koesherawati Tersandung Kasus Suap Kalapas, Aset Keluarga Sempat Jadi Sorotan
Mengingat saat ini China memiliki ruang terbatas untuk membalas melalui perdagangan, China dapat mencari strategi lain dalam membalas AS. Apa saja?
1. Tindakan terhadap perusahaan AS
Menurut Julian Evans-Pritchard dari Capital Economics, perusahaan AS menghasilkan penjualan domestik sekitar US$ 300 miliar di China, sehingga mereka adalah target potensial.
Dia menyoroti perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, yang memiliki penjualan dan operasi yang signifikan di sana.
Dia mengatakan China dapat mempersulit perusahaan-perusahaan AS dengan memperlambat izin bea cukai untuk impor mereka, menunda atau menolak aplikasi visa.
China juga bisa menggunakan pemeriksaan kesehatan dan keselamatan sebagai cara untuk menghentikan sementara waktu operasional perusahaan.
Ada juga tindakan yang lebih halus.
Baca: Saksikan Live Streaming Final Singapura Open 2018, Tanding Mulai Pukul 12.00 WIB
"Perusahaan AS mungkin mendapat keuntungan lebih sedikit dari upaya China untuk membuka sektor layanannya (dalam bidang-bidang seperti keuangan dan kesehatan) daripada rekan-rekan mereka dari Eropa dan Jepang," kata Julia Wang dari HSBC.
Sementara, Gary Hufbauer dari Peterson Institute for International Economics (PIIE) di Washington menilai China "akan memilih perusahaan-perusahaan AS yang tidak memiliki hubungan baik, dan membebani mereka dengan segala macam peraturan bea cukai."
Namun Hufbauer mengatakan, hal ini akan sangat merugikan ekonomi China karena perusahaan AS berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi China.
Baca: Insiden Pengusiran Kontestan KDI Jadi Ramai, Iis Dahlia Bongkar Rahasia Panggung Hiburan