Harga Minyak Sere Wangi Rp 340 Ribu

Harga minyak sere wangi di Kabupaten Gayo Lues (Galus) yang merupakan salah satu komoditas unggalan

Editor: bakri
Lanskap Kabupaten Gayo Lues yang didominasi dengan perbukitan dan hutan hujan tropis. 

BLANGKEJEREN - Harga minyak sere wangi di Kabupaten Gayo Lues (Galus) yang merupakan salah satu komoditas unggalan dari kabupaten tersebut saat ini bertahan pada harga Rp 340.000/kilogram atau naik dari harga sebelumnya pascalebaran lalu yang mencapai Rp 335.000/kilogram. Begitupun, mengingat kini musim kemarau, hampir tidak ada petani yang memanen daun sere.

Berdasarkan informasi yang kumpulkan Serambi, kendati harga minyak sere bertahan dan mencapai Rp 340 ribu per kilogram, namun jarang petani sere itu yang melakukan penyulingan pada saat ini, karena cuaca sedang kemarau panjang dan mengalami kekeringan. Bahkan para petani dilaporkan sebelum Idul Fitri sudah melakukan penyulingan sere wangi itu, sehingga harus menunggu panen atau penyulingan untuk empat bulan ke depan.

Sebagaimana diketahui, penyulingan minyak sere wangi tersebut masih dilakukan oleh petani dengan cara penyulingan manual menggunakan ketel dari drum dengan bahan baku kayu bakar. Selain itu, masyarakat dan petani tersebut juga memilih untuk melakukan penyulingan sendiri ketimbang dijual daun sere itu kepada orang lain.

Iskandar yang didampingi sejumlah petani sere lainnya di Kutapanjang, kepada Serambi, Minggu (22/7) mengatakan, harga minyak sere wangi saat ini bertahan pada harga Rp 340 ribu per kilogram. Meskipun harga tersebut naik dari harga sebelumnya, tetapi tidak ada petani yang melakukan penyulingan pada musim kemarau panjang tersebut.

“Sayang, kalau pada musim kemarau panjang dilakukan panen daun serenya, bisa berakibat tanaman mati atau setidaknya sulit untuk pulih kembali, sehingga jarang warga melakukan penyulingan saat ini meskipun harga naik,” sebut Iskandar, yang dibenarkan petani lainnya dari Blangjerango.

Seperti diberitakan sebelumnya, tanaman komoditi berupa sere wangi maupun nilam tersebut selama ini bukan hanya dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Galus, akan tetapi juga sudah dikembangkan dan mulai digalakkan oleh masyarakat di kabupaten tetangga seperti Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Kutacane, Aceh Tenggara. Namun minyak hasil penyulingan itu dijual ke Blangkejeren.(c40)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved