Selalu Ada Kebaikan dari yang Paling Jahat Sekalipun, Ini Sisi Lain Cerita Kehidupan Nelson Mandela
Nama Nelson Mandela sudah nggak asing lagi sebagai penggebrak kebijakan tersebut dan menuntut untuk kesamaan peran tanpa melihat ras.
SERAMBINEWS.COM - Masih ingat dengan kisah politik kulit putih Apartheid yang melanda masayarakat di Afrika Selatan?
Nama Nelson Mandela sudah nggak asing lagi sebagai penggebrak kebijakan tersebut dan menuntut untuk kesamaan peran tanpa melihat ras.
Berulang tahun yang ke 100 di bulan Juli ini, rasialis masih jadi isu utama di Afrika Selatan bahkan setelah kepergiannya.
Dilansir dari Intisari, dalam buku berjudul Long Walk to Freedom, Nelson menceritakan seorang Komandan bernama Badenhorst yang terkenal paling kasar di antara yang lain.
Hal ini menceritakan pengalamannya selama 19 tahun ditahan di Pulau Robben.
"Beberapa hari sebelum keberangkatan Badenhorst itu, saya dipanggil ke kantor utama.
Jenderal Steyn yang mengunjungi pulau itu dan ingin tahu apakah kami memiliki keluhan. Badenhorst ada di sana saat saya memberikan daftar tuntutan.
Baca: Hanya Bisa Dimiliki Orang Kaya, Ini 4 Ponsel Nokia dengan Harga Fantastis di Masanya
Baca: Seorang Petani Temukan Fosil Naga Lingwu yang Selama ini Dianggap Mitos
Baca: Spirulina: Makanan Super Kaya Protein, Cari Tahu Manfaatnya!
Ketika saya selesai, Badenhorst berbicara kepada saya secara langsung."
Ia bilang kalau ia akan meninggalkan pulau dan menambahkan, “Saya hanya ingin berharap kalian mendapatkan keberuntungan.”
Saat itu saya tidak tahu apakah saya tampak tercengang, tapi saya kagum.
Ia mengucapkan kata-kata seperti manusia dan menunjukkan sisi dirinya yang belum pernah kami lihat sebelumnya.
"Saya berterima kasih atas keinginan baiknya dan berharap ia pun beruntung dalam usahanya. Setelah itu saya berpikir lama.
Badenhorst mungkin menjadi komandan yang paling berperasaan dan barbar yang kami miliki di Pulau Robben.
Tapi hari itu di kantor, ia mengungkapkan bahwa ada sisi lain dari sifatnya, sisi yang telah dikaburkannya tapi masih ada.
Itu mengingatkan, bahwa siapa pun, bahkan yang tampaknya paling berdarah dingin, memiliki inti kesopanan.