HUT Ke 73 RI

Suka Duka Perempuan Penjual Bendera Merah Putih di Aceh, Usianya Seumur Republik Indonesia

Suatu hari, kata Nek Aminah, pada tahun 2002, kala konflik masih berkecamuk di Tanah Rencong, dia didatangi beberapa orang tak dikenal.

Penulis: Budi Fatria | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/BUDI FATRIA
Cut Aminah (73) penjual bendera Merah Putih di samping pagar Taman Putroe Phang, Banda Aceh, Kamis (26/7/2018). 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Piyoh-piyoh, peu neu bloe bendera sion (mampir-mampir, beli bendera selembar?).

Kalimat itu selalu diucapkan oleh seorang perempuan tua yang menjajakan bendera Merah Putih di salah satu sudut Kota Banda Aceh.

Perempuan tersebut adalah Cut Aminah warga Gampong Blower (Sukaramai), Banda Aceh.

Kepada Serambinews.com yang menjumpainya, Kamis (26/7/2018), Cut Aminah mengaku saat ini usianya sudah menginjak 73 tahun.

Kebetulan, usia perempuan penjual bendera Merah Putih ini sama persis dengan usia negara pemilik bendera Merah Putih, Indonesia yang pada 17 Agustus 2018 ini memperingati Hari Ulang Tahun yang ke-73.

Saat Serambinews.com datang, Kamis (26/7/2018), Cut Aminah mengenakan baju bunga-bunga dan celana pajang berwarna hitam.

(Baca: Kisah Duka di Balik Foto Nek Saudah, Meninggal Setelah Tabrak Lari Saat Hendak Mencari Rezeki)

Perempuan renta ini duduk di atas trotoar jalan di kawasan Simpang Jam, persisnya di samping pagar Taman Putroe Phang.

Di bawah terik matahari yang membakar kulit coklatnya, Nek Aminah tetap setia menunggu pembeli bendera Merah Putih yang ia jajakan.

Saat saya mendekat, Nek Aminah tampak cekatan menyapa dan menawarkan bendera Merah Putih.

Cut Aminah juga tampak ramah dengan calon pembeli. Ia pun bercerita banyak tentang suka duka profesi yang jalaninya.

Sukanya, jualan banyak laku pada satu bulan menjelang perayaan Kemerdekaan RI, 17 Agustus.

Setiap menjelang 17 Agustus, Nenek sepuluh cucu ini, selalu menyediakan kurang lebih 300 lembar bendera Merah Putih dalam berbagai ukuran.

Bendera-bendera yang dijual seharga Rp 35.000 sampai Rp 200.000 per lembar itu merupakan hasil jahitannya sendiri. 

"Semua bendera ini saya jahit dengan mesin jahit manual yang sudah usang," ujar Nek Aminah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved