Tongkang Batu Bara Terdampar dan Patah
Sebuah kapal tongkang TB Marina pengangkut batu bara terdampar dan akhirnya patah di Pantai Lampuuk
* Di Pantai Lampuuk
BANDA ACEH - Sebuah kapal tongkang TB Marina pengangkut batu bara terdampar dan akhirnya patah di Pantai Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, Minggu (29/7) pagi. Batu bara pun tumpah ke laut dan berserakan di bibir pantai. Akibatnya, sejumlah biota, di antaranya ular dan belut laut pun mati.
Amatan Serambi kemarin di Lampuuk, kapal tongkang itu kini kondisinya sudah patah menjadi dua bagian dan tersangkut di karang yang berada sekitar 100 meter dari bibir pantai.
Seluruh batu bara yang diangkut kapal tumpah ke laut, bahkan di sepanjang pantai kawasan itu pada Minggu pagi dipenuhi batu bara.
Selain itu, beberapa bangkai biota laut seperti ikan, kepiting, ular dan belut laut juga ditemukan di pinggir pantai. Warga menduga, kematian sejumlah biota laut itu berkaitan dengan tumpahnya batu bara. Namun, hingga sore kemarin belum ada upaya dari pihak terkait, baik untuk menarik bangkai kapal tersebut maupun untuk membersihkan batu bara dari bibir pantai. Informasinya, terdapat 7.000 ton batu bara yang tumpah ke laut.
Warga Lampuuk yang juga Anggota Penyelamatan Pantai, Khairuddin kepada Serambi mengatakan, kapal tongkang yang ditarik oleh tugboat itu datang dari Bengkulu untuk mengantar batu bara ke pabrik semen PT Lafarge Cement Indonesia (LCI) di Lhoknga. Namun, karena gelombang tinggi dan angin kencang, jelang merapat ke pelabuhan Lafarge, pada Minggu (29/7) pagi, tongkang itu terlepas dari tugboat dan terdampar mendekati bibir pantai.
Khairuddin menceritakan, pada Minggu pagi itu terdapat empat anak buah kapal (ABK) di dalam tongkang itu, awalnya dua unit tugboat berupaya menyelamatkan para ABK, karena gelombang tinggi dan angin. Upaya itu tidak berhasil. Lalu siangnya, pukul 12.00 WIB, nelayan setempat ikut membantu mengevakuasi ABK dari tongkang yang terdampar. “Tugboat mereka maupun boat nelayan tidak bisa mendekat ke tongkang itu, karena gelombang itu dan ada karang, sehingga terpaksa dilemparkan tali dan para ABK ditarik dengan tali,” ujarnya.
Kemudian, lanjut Khairuddin, pada Senin (30/7) pagi, tongkang itu didapati sudah dalam kondisi terbelah menjadi dua bagian dan posisinya semakin dekat dengan pantai. Sehingga semua batu bara yang di dalam tongkang tumpah ke laut. Sebagian di antaranya sudah menumpuk di bibir pantai karena dibawa ombak. Warga juga didapati sejumlah biota laut dalam kondisi mati dan bangkainya terdampar ke bibir pantai.
“Kita menduga hewan laut mati karena banyaknya batu bara tumpah ke laut, saya rasa terumbu karang juga ikut mati akibat kejadian ini. Bahkan air laut pun berubah menjadi lebih hitam,” ujarnya.
Mewakili warga Lampuuk, Khairuddin berharap pihak PT LCI maupun perusahaan pengangkut batu bara hendaknya bertanggung jawab terhadap kejadian itu. Misalnya, dengan membersihkan batu bara dan memperbaiki kerusakan terumbu karang. Kejadian itu dinilai sangat merugikan masyarakat dan pelaku usaha wisata di Lampuuk.
Sementara itu, Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Daerah (Kalak BPBD) Aceh Besar, Ridwan Jamil mengatakan, tongkang TB Marina itu ditarik oleh Tugboat Marini menuju pelabuhan PT LCI, tapi belum sempat membongkar batu bara, tongkang sudah lebih dulu terdampar. Saat ini BPBD sedang berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait peristiwa tumpahnya batu bara di Lampuuk. Mereka juga memfasilitasi musyawarah antara perusahaan dengan warga setempat untuk mendapatkan solusi bersama.
Sekjen Jaringan Kuala, Rahmi Fajri menyampaikan, setelah tumpahnya batu bara ke laut, biota laut dan terumbu karang di kawasan itu mati. Hal itu mengancam keberlangsungan kawasan tersebut sebagai wilayah konservasi terumbu karang dan biota laut.
“Kami sangat prihatin atas kejadian ini dan menduga ada kerusakan ekosistem laut yang sangat parah, sehingga kami minta pihak perusahaan dapat bertanggung jawab dan memulihkan kembali kondisi laut,” ujarnya.
Sementara itu, Communication and Event specialist PT LCI, Faraby Azwany mengatakan, terdampar dan tumpah batu bara itu karena cuaca buruk, sehingga semua kejadian diluar dugaan pihak perusahaan. Dikatakan, perusahaan akan segera mengambil tindakan untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan.
“Kejadian ini terjadi dikarenakan cuaca buruk. Saat ini penyelidikan resmi sedang berlangsung, dan pemilik tongkang merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap insiden ini. Namun, kami akan memastikan semua tindakan antisipasi segera dilakukan untuk meminimalkan dampak lingkungan lebih lanjut,” ujar Faraby.
Faraby menambahkan, PT Lafarge Cement Indonesia akan terus terus berupaya untuk memastikan keselamatan dan operasional, termasuk keselamatan karyawannya, warga masyarakat sekitar, maupun para kontraktor yang terlibat dalam kegiatan operasi bisnisnya. (mun)