Dari 'Bohongi' Soeharto Sampai Jawaban Santai Gus Dur, Ini 7 Cerita Paspampres Mengawal Presiden RI

Sejak 1946, Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres, sudah mendarmakan baktinya pada presiden, sang pemimpin sekaligus simbol negara RI.

Editor: Amirullah
montase : kompas.com
Soeharto (kiri) tak suka dikawal, sementara Gus Dur, gaya santainya kerap bikin Paspampres ubah protokoler Istana. 

SERAMBINEWS.COM - Sejak 1946, Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres, sudah mendarmakan baktinya pada presiden, sang pemimpin sekaligus simbol negara RI.

Nah, metode pengawalan dan pengamanan presiden RI berkembang menyesuaikan dengan gaya kepemimpinan presiden RI yang menjabat.

Beberapa kisah Paspampres mengawal 7 presiden RI pun muncul.

Berikut kisah unik pengamanan presiden RI dari masa ke masa, disarikan Tribunnews dari Visual Interaktif Kompas :

Baca: Sempat Dinyatakan Hilang, Turis Australia dan Awak Boat Tujuan Kepulauan Banyak Selamat

1. Bung Karno Dilempar Granat

Presiden Soekarno selamat dari tujuh upaya pembunuhan.

Beberapa di antaranya, pasukan pengamanan presiden mengorbankan diri sebagai perisai hidup presiden.

Ketujuh upaya pembunuhan itu antara lain ketika Bung Karno ddua kali mengalami pelemparan granat, masing-masing di Sekolah Perguruan Cikini tahun 1957 dan Makassar tahun 1962.

Lalu ada penembakan Istana dari pesawat Mig-17 yang diterbangkan Daniel Maukar tahun 1960.

Ada pula momen mengerikan pencegatan di Jembatan Rajamandala tahun 1960.

Baca: Diduga Nekat Bakar Rumah Orang Tuanya Akibat Pengaruh Narkoba, Pemuda Asal Sigli Ini Diburu Polisi

Belum pula insiden penembakan saat shalat Idul Adha pada tahun 1962, penembakan mortir oleh kelompok Kahar Muzakar pada tahun 1960-an, dan granat Cimanggis tahun 1964.

2. Trik Lampu Hijau Soeharto

Pengamanan masa Presiden Soeharto dikenal sangat ketat, bahkan ibaratnya, lalat saja tak boleh masuk ring 1 pengamanan Presiden.

Meski Soeharto dikenal tertib mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan, ada kalanya dia tak ingin pengawalan berlebihan.

Misalnya, saat hendak menuju Istana dari rumahnya di Jalan Cendana, Menteng, dia tidak ingin iring-iringan pengawalan panjang karena akan membuat macet jalan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved