Jamaah Haji Aceh Lontar Jumrah 4 Hari

Jamaah haji Aceh umumnya melakukan nafar tsani atau nafar akhir yaitu melontar jumrah selama empat

Editor: bakri
JAMAAH haji melontar jumrah di Jembatan Jamarat, Mina, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (23/8). 

BANDA ACEH - Jamaah haji Aceh umumnya melakukan nafar tsani atau nafar akhir yaitu melontar jumrah selama empat hari mulai 10 Dzulhijjah dan akan berakhir Jumat (24/8) hari ini atau 13 Dzulhijjah 1439 Hijriyah Waktu Arab Saudi (WAS). Tapi, ada juga jamaah haji Aceh yang melakukan nafar awal yaitu melontar jumrah selama tiga hari mulai 10 Dzulhijjah dan sudah berakhir pada Kamis (23/8) atau 12 Dzulhijjah WAS. Selanjutnya, jamaah kembali ke Mekkah.

Ketua PPIH Embarkasi Aceh, Drs H M Daud Pakeh, melalui Koordinator Keprotokolan Humas dan Penerangan, H Rusli Lc MSi kepada Serambi, Kamis (23/8), menjelaskan, disebut nafar awal karena jamaah lebih awal meninggalkan Mina dan kembali ke Mekkah. Total kerikil yang dilontar jamaah nafar awal sebanyak 49 butir. “Jamaah haji yang lakukan nafar awal hanya dua malam menginap di Mina, dan meninggalkan Mina pada 12 Dzulhijjah sebelum matahari tenggelam,” ungkap Rusli.

Sementara jumlah batu yang dilontar oleh jamaah yang melakukan nafar tsani, sebut Rusli, sebanyak 70 butir. Dikatakan, disebut nafar tsani karena jamaah haji bermalam di Mina selama tiga malam dan meninggalkan Mina pada 13 Dzulhijjah. “Kami dapat laporan ada dua kloter yang sebagian jamaahnya melakukan nafar awal, tapi secara umum jamaah kita mengambil nafar tsani,” timpal Rusli.

Setelah dari Mina, sambungnya, jamaah akan kembali ke pemondokan di Mekkah dan melaksanakan tawaf ifadhah yang merupakan rukun haji. Selama di pemondokan, menurut Rusli, tim medis terus melakukan vitasi kepada jamaah yang memiliki risiko tinggi (risti) dan pengobatan kepada jamaah yang sakit akibat kelelahan. Jamaah juga dibekali dengan berbagai penyuluhan tentang penanganan dehidrasi, heat stroke, dan kelelahan.

Terkait kondisi jamaah haji Aceh, Rusli menyatakan, secara umum dalam kondisi sehat. Tapi, ada lima jamaah dari kloter 9 dan 11 yang sedang dirawat tim medis di KKHI akibat kelelahan.

Sementara itu, wartawan Serambi, Zulkarnain Jalil, dari Mekkah, tadi malam, melaporkan, jamaah haji Aceh sudah melewati fase Armina (Arafah, Mudzalifah, dan Mina) dengan lancar dan penuh berkah. Dalam kondisi panas menyengat (suhu 45 derajat) seperti sekarang, sungguh sangat melelahkan. Karena itu, menurutnya, mampu melewati medan Armina dengan risiko minimalis merupakan hal yang sangat pantas untuk disyukuri. Begitupun, beberapa jamaah terutama yang lansia harus dirawat intensif. Ada juga yang sempat diinfus dan dirujuk ke RS Indonesia di Mekkah, rata-rata akibat kelelahan dan dehidrasi.

Zulkarnain juga melaporkan, fasilitas di Armina tahun ini sangat banyak perubahan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Fasilitas tenda (seperti di Mina) sudah ber-AC, toilet juga lumayan banyak dan bersih, serta transportasi antarlokasi juga ber-AC dan tepat waktu.

“Yang cukup signifikan adalah inovasi pada konsumsi, dimana Kemenag RI memperbaiki pelayanan makanan jamaah.

Pada musim haji tahun ini, pemerintah sudah menyediakan bumbu masakan khas Indonesia,” lapor Zulkarnain via pesan WhatsApp (WA).

Menurutnya, penggunaan bumbu dan juru masak asal Indonesia dilakukan untuk menjaga cita rasa kuliner khas Indonesia. Sehingga jamaah haji tidak bosan. Menu yang tersedia mulai dari ikan air tawar hingga ikan teri. Ada bumbu kacang dan orek tempe. Indikasi di lapangan, jamaah makan lahap tak bersisa.

Selain itu jamaah juga disuguhi jus dan buah-buahan. Sehingga cukup energi untuk beraktivitas di Armina. “Mungkin ini yang menyebabkan kondisi jamaah lumayan stabil dan tidak banyak yang sakit,” tulisnya.

Zulkarnain menambahkan, Kamis (23/8) selepas melontar jumrah pada hari kedua tasyrik, sebagian jamaah Aceh yang tergabung dalam Kloter 03-BTJ melakukan penyembelihan hewan kurban di Tempat Pemotongan Hewan kawasan Mu’aishim, Mekkah. Total hewan kurban yang disembelih sebanyak 147 ekor.

“Jenis hewan kurban adalah kambing. Sebab, sudah beberapa tahun terakhir tidak diperbolehkan memotong onta karena dikhawatirkan terjangkit wabah Mers-CoV atau flu Arab,” ujar Waled Abdul Muthaleb, Tim Pembimbing Haji Daerah (TPHD) Aceh. Waled engaku takjub dengan semangat berkurban yang dimiliki jamaah Aceh tahun ini. Hewan kurban itu selanjutnya didistribusikan kepada fakir miskin di Kota Mekkah.(una/jal)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved