Hati-hati Melewati Jalan di Abdya Ini, Karena di Lokasi Longsor tak Diberi Tanda Bahaya
Bahu jalan tersebut mengalami longsor sejak lima bulan lalu, namun hingga akhir Agustus ini belum ditangani secara permanen
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Zainun Yusuf | Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Bila anda melintasi jalur dari dan ke Makodim 0110 Aceh Barat Daya (Abdya), maka harus berhati-hati.
Sebab, peristiwa longsor bahu jalan di lokasi Lhok Kayee Matee, Desa Keude Paya, Kecamatan Blangpidie yang terjadi sekitar lima bulan lalu kondisinya semakin parah sehingga rawan terjadi kecelakaan lalu lintas.
Bahu jalan sepanjang 10 meter runtuh ke dalam jurang sehingga permukaan jalan aspal yang tersisa mudah ambruk ketika dilintasi kendaraan karena tidak mampu lagi menampung beban berat.
Baca: Anggota DPRK Abdya dari Partai Aceh Meninggal Dunia
Jakfar, salah seorang warga Desa Keude Paya, Blangpidie kepada Serambinews.com, Minggu (26/8/2018) menjelaskan, bila tidak segera ditangani, dikhawatirkan akan terjadi kecelakaan di lokasi titik longsor.
Terlebih lagi, di lokasi longsor tidak ada tanda peringatan agar pengguna kendaraan lebih berhati-hati. Padahal, lintasan tersebut merupakan jalur sibuk, terutama pada hari kerja.
Pantauan Serambinews.com, tinggi curah hujan pada Idul Adha 1439 H lalu semakin memperparah peristiwa longsor baha jalan.
Baca: Pupuk Bersubsidi Kian Langka di Abdya, Pertumbuhan Tanaman Padi Terganggu, Petani Resah
Di lokasi hanya tersisa badan jalan aspal, sehingga seluruh bahu jalan sudah jatuh ke dalam jurang sedalaman tidak kurang 7 meter yang merupakan areal persawahan yang diapit pengunungan.
Bahu jalan tersebut mengalami longsor sejak lima bulan lalu, namun hingga akhir Agustus ini belum ditangani secara permanen.
Sedangkan penanganan secara darurat sudah dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Abdya pada Mei lalu.
Baca: Ini Jumlah Pemilih di Abdya dan Kecamatan Paling Banyak Pemilihnya
Petugas dari BPBK membangun tanggul dari susunan goni tanah, kemudian dipasang pancang dari bambu sebagai penahan goni.
Namun upaya darurat tersebut tidak berarti apa-apa karena tidak lama kemudian tanggul dari goni bersama pancang bambu jatuh ke dalam jurang sehingga bahu jalan menjadi menganga.(*)