Breaking News

Ini Alasan Akmal Ibrahim Mendirikan Pabrik Pakan Kapasitas 3 Ton Per Jam

Di luar negeri, bahan baku tepung daging dan tulang impor itu, didapatkan dari sisa-sisa rumah potong.

Penulis: Rahmat Saputra | Editor: Yusmadi
ist
Bupati Abdya, Akmal Ibrahim SH berfoto bersama di pabrik pengolahan pakan ayam dan udang di Cot Manee, Kecamatan Jeumpa, Sabtu (13/10/2018) pagi. 

Laporan Rahmat Saputra | Aceh Barat Daya

SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Meragukan kehalalan bahan baku pakan yang diimpor dari luar negeri, itulah alasan Akmal Ibrahim SH mendirikan pabrik pengolahan pakan ayam dan udang berkapasitas 3 ton per jam di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).

Pabrik pakan ayam dan udang yang didirikan Akmal itu, merupakan pertama di Abdya bahkan di pantai Barat Selatan Aceh.

Akmal Ibrahim menyebutkan pakan itu hampir 70 persen bahan bakunya dari tepung tulang dan daging yang diimpor dari luar negeri.

Salah satu alasan pengusaha pakan memilih tepung daging dan tulang impor itu, karena harganya jauh lebih murah dari tepung ikan.

Baca: Pabrik Pakan Ayam Kembali Beroperasi

Di luar negeri, bahan baku tepung daging dan tulang impor itu, didapatkan dari sisa-sisa rumah potong.

"Seperti kita ketahui, rumah potong di luar negeri itu, babi dan sapi dipotong satu tempat, dan menurut saya, itu najis. Atas dasar itulah, saya kesal dan bercita-cita ingin memiliki pabrik pakan ayam di Abdya," ujar Akmal Ibrahim kepada Serambinews.com, Sabtu (13/10/2018) sore di Markisa Office.

Bupati Abdya itu, menceritakan bahwa pembangunan pabrik pakan untuk ayam dan udang berkapasitas 3 ton per jam itu, merupakan sebuah cita-citanya sejak empat tahun silam.

Bahkan, kata Akmal, hasil penelitian yang dilakukan empat tahun silam itu, hampir rampung dikerjakan, hingga tahap bahan baku pakan yang diolah dari ikan.

Namun, cita-cita Akmal itu, harus kandas, pasca dirinya ditahan, yang tersandung kasus dugaan korupsi pembangunan Pabrik Kelapa Sawit di Desa Lhok Gayo, Kecamatan Babahrot.

Baca: Peternak Mengeluh, Harga Pakan Naik, Harga Ayam Turun

Pasca diputuskan bebas murni oleh majelis hakim PN Tipikor Banda Aceh hingga Mahkamah Agung, Akmal kembali melanjutkan cita-cita yang sempat terhenti tersebut.

"Karena ditangkap itulah, rencana pembangunan pabrik pakan itu terhenti," sebut Akmal Ibrahim.

Kini, mesin yang telah dipesan pada awal 2017 lalu dari China itu, telah dirangkai dan siap beroperasi pada awal 2019 mendatang.

Akmal optimis dengan beroperasinya pabrik pakan yang berada di Desa Cot Manee, Kecamatan Jeumpa itu, bisa membantu para peternak ayam di Abdya dan Barat Selatan, sehingga mampu bersaing dengan para peternak luar Abdya dan luar Aceh.

"Minimal, bisa membantu para janda dan anak yatim, yang memelihara ayam KUB," sebutnya.

Karena, lanjutnya, jika mesin itu bisa berproduksi sesuai rencana, atau pertengahan 2019, maka bisa menghemat biaya pakan hingga 30 persen hingga 50 persen.

"Harga pakan ini, bisa dijual lebih murah. Kalau pakan yang dijual di pasar selama ini Rp 9 ribu per kilo. Pakan ini, bisa dijual Rp 7 ribu bahkan Rp 6 ribu per kilo," pungkas Bupati hobi berternak dan bertani tersebut. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved