Ibu Berperan dalam Tumbuh Kembang Anak dan Bapak Berperan Meningkatkan IQ Anak

Alasannya, di rumah anak mendapatkan suasana yang stabil dan kasih sayang yang kuat sehingga ia merasa aman.

Editor: Fatimah
gbika.org
Ilustrasi 

SERAMBINEWS.COM - Penelitian yang didukung oleh Ir. Tien Guhardja, M.S. dan Dr. Ir. Ratna Megawangi dari Gizi Masyarakat dan Sumber Daya (GMSK)-IPB menunjukkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan balita menguntungkan perkembangan anak dan dapat membuat anak kelak lebih mandiri.

Menurut mereka, dukungan ayah akan membuat ibu lebih bergairah dalam mengasuh dan mendidik anak di rumah.

Keterlibatan para ayah Indonesia dalam pengasuhan anak, secara budaya cukup mencengangkan banyak peneliti Barat.

Baca: Ditantang Madura FC di Stadion Lampineung, Babak Pertama Persiraja Unggul 1-0

"Khususnya dalam masyarakat Jawa, sudah jamak kalau ayah ikut terjun mengasuh, menidurkan, bahkan menyuapi anak! "Yang seperti ini saja sudah sangat bagus efeknya," menurut Ratna.

"Karena ini sifatnya kultural, maka tak ditemui disharmoni antara ayah dengan ibu.

Tak ada saling tuntut dalam pembagian tugas rumah tangga seperti keluarga Barat yang liberal. Tak ada ketegangan sehingga keluarga pun tetap harmonis," timpal Tien.

Baca: Atlet Selam Monofin Asal Aceh Jaya Pecahkan Rekor Emas Pertama di Ajang PORA XIII di Kota Jantho

Suasana begini sangat baik bagi berkembangnya rasa aman dalam diri anak.

Kalau ia telah memiliki rasa aman sejak kecil, menurut Ratna, setelah besar kelak anak akan lebih percaya diri.

Penelitian yang dilakukan oleh Family Circle, anak yang sejak bayi juga mendapatkan perhatian ayahnya, di masa pertumbuhan selanjutnya ternyata memiliki tingkat IQ lebih baik, lebih punya rasa humor, dan keinginan belajarnya lebih besar.

Tentu saja, semua ini memudahkan anak menyelesaikan pendidikan formalnya kelak.

Baca: Diwarnai Drama Perampasan Senjata, KBO Satres Narkoba Polres Galus Tertembak di Ladang Ganja

Sekalipun demikian, Ratna menekankan ibu tetap menjadi faktor penentu tumbuh kembang anak, terutama selama masa prasekolah.

Kalau begitu, bagaimana dengan ibu bekerja yang curahan waktunya untuk anak terbatas?

Benarkah kualitas asuhan lebih penting daripada kuantitas, sebagaimana yang sering dijadikan alasan sebagian ibu bekerja?

Baca: PPK Kota Sigli Ajari Siswa Cara Mencoblos Kertas Suara pada Pemilu Mendatang

Tentang hal pertama Tien menegaskan, "Umumnya kualitas asuhan ibu bekerja lebih rendah daripada ibu rumah tangga karena ia sudah capek dan cenderung terburu-buru."

 
Baik Tien maupun Ratna sama-sama memandang penting kualitas dan kuantitas.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved