Bupati Abdya Sebut Harga Sampah Jauh Lebih Mahal dari Gabah, Kok Bisa?
Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim SH menyebutkan harga sampah jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga gabah.
Penulis: Rahmat Saputra | Editor: Yusmadi
Laporan Rahmat Saputra | Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim SH menyebutkan harga sampah jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga gabah.
Hal tersebut disampaikan oleh Akmal Ibrahim SH seusai meresmikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terpadu Abdya, Desa Ikue Lhueng, Kecamatan Jeumpa, Senin (14/1/2019).
"Jika sampah itu dikelola dengan baij dan bagus, maka harga sampah itu, lebih mahal dari padi," kata Bupati Abdya, Akmal Ibrahim SH.
Karena, harga plastik kualitas bagus atau A1 setelah dihancurkan dan dibersihkan bisa dijual dengan harga mencapai Rp 14.000 per kilo. Sementara plastik kualitas buruk atau A3 setelah dibersihkan bisa dijual dengan harga Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per kilo.
Jika dibandingkan dengan harga gabah padi memang terjadi selisih snagat jauh, karena padi rata-rata dijual dengan harga paling mahal Rp 4500 hingga 6000 per kilo.
Bahkan sebelum membuka acara tersebut, Akmal sempat berdialog dengan salah seorang pengelola penggilingan sampah Agus Salim.
Bahkan, dalam kesempatan itu, jika per bulannya menghasilkan 15 ton plastik, maka pengelola bisa mendapat keuntungan mencapai Rp 15 juta hingga Rp 30 juta.
"Loen ka awai nyoe, bek ka meusulet. (Saya sudah duluan miliki pabrik pengolahan sampah, jangan kamu berbohong)," kata Akmal yang disambut gelak tawa kapolres Abdya dan rombongan seraya menyebutkan kepada Kapolres Abdya bahwa dulu pernah punya pabrik pengolahan plastik.
Dalam kesempatan itu, Akmal berharap kepada dinas terkait dan pengelola agar serius mengelola TPA Terpadu tersebut.
"Hasil wawancara saya dengan warga sekitar, mereka mengeluhkan tentang bau dan lalat dari TPA ini, dan ini harus segera dicari seolusi," pintanya.
Baca: Harga Emas Turun, Ini Saran Analis Kepada Pembeli
Baca: Murid Sekolah di Langsa Ini Bisa Tukar Sampah dengan Jajanan dan Gratis
Baca: Award dari PSI untuk Andi Arief Dibuang ke Tong Sampah, Ini Kata Ferdinand
Di hadapan kepala Satker PSPLP Provinsi Aceh dan tamu undangan lainnya, Akmal menjelaskan alasan dirinya pada periode pertama memilih lokasi saat ini sebagai TPA, karena saat itu TPA tersebut jauh dari permukiman penduduk, sehingga baunya tidak menggangu dan membahayakan masyarakat.
"Sekarang lokasi ini sudah maju, dan penduduk mulai ramai, sehingga tidak mengganggu masyarakat," sebutnya.
"Jadi, ini harus kita cari cara, agar lalat dan bau ini tidak sampai ke masyarakat, jika perlu penambahan tenaga akan kita tambah. Tapi, kalau perlu tambah anggaran, itu harus kita bicarakan lagi, belum tentu ditambah," cetus Akmal disambut gelak tawa para tamu undangan yang hadir.
Menurut Akmal jika sampah itu dibiarkan akan menjadi masalah dan membahayakan kesehatan masyarakat
"Jika dikelola dengan baik maka akan bernilai ekonomis," katanya.
Bahkan, lanjunya, sebagian kaum ibu di sekitar TPA sudah memanfaatkan sampah itu sebagai peluang pendapatan.
"Seminggu itu bisa menghasilkan uang mencapai Rp 500 ribu per minggu," sebutnya.
"Jadi, sampah itu tidak selamanya identik dengan jorok, tapi sampah juga identik dengan uang," pungkasnya. (*)