Sempat Menewaskan 28 Pekerja, Sumur Minyak Rantau Peureulak Kembali Diserbu Penambang

Ketika mereka kita larang, mereka jawab 'lebih baik mati di tambang untuk cari makan, daripada kelaparan, jadi kita mau bilang apalagi.

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM
Kolase foto sumur minyak Gampong Pasir Putih, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur yang terbakar pada Rabu (25/4/2018) dinihari. Hingga Sabtu (28/4/2018), sudah 21 orang meninggal, 39 mengalami luka-luka dan masih dirawat di rumah sakit. 

Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ribuan sumur tua di Rantau Peureulak, Aceh Timur kembali ramai didatangi penambang yang ingin mengeruk minyak mentah dari perut bumi.

Sebelumnya sumur minyak illegal itu sempat meledak dan menyebabkan 28 orang penambang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.

Ledakan sumur minyak pada tambang rakyat itu terjadi pada Rabu 25 April 2O18 di Desa Pasir Putih, Kecamatan Rantau Peurelak, Aceh Timur.

Keuchik di Rantau Peurelak didampingi Pengacara dari Kantor Hasandroe dan rekan saat berbicara dengan wartawan di Banda Aceh.
Keuchik di Rantau Peurelak didampingi Pengacara dari Kantor Hasandroe dan rekan saat berbicara dengan wartawan di Banda Aceh. (SERAMBINEWS.COM/MUHAMMAD NASIR)

Namun peristiwa itu tak menyurutkan langkah penambang untuk terus mengeruk minyak mentah dari perut bumi.

Baca: Romahurmuziy Mulai Sakit-Sakitan Selama Ditahan di Rutan KPK, Susah Tidur Hingga Pendarahan saat BAB

Baca: Prabowo-Sandiaga Kampanye Akbar di Stadion GBK, SBY Sempat Ingatkan Tak Tunjukkan Politik Identitas

Baca: Irwandi Yusuf Pasrah dan Siap Terima Vonis Majelis Hakim PN Tipikor Jakarta Besok

Karena beberapa bulan setelah kejadian, para penambang kembali lagi ke kawasa sumur tua yang terbagi dalam sejumlah desa.

Salah satunya di Gampong Alue Udep, yang juga berada di Kecamatan Rantau Peurelak.

Keuchik Desa Alue Udep, Hamzah mengakui bahwa saat ini masyarakat di desanya masih banyak yang menambang minyak.

Katanya, pemerintah dan aparat keamanan sebenarnya sudah melarang mereka mendekat ke sumur minyak itu. Bahkan mereka memasang imbauan dan sosialisasi langsung ke penambang.

Namun warga tak menggubris karena memang sudah bertahun-tahun mereka mengandalkan mata pencaharian pada tambang minyak itu.

"Ketika mereka kita larang, mereka jawab 'lebih baik mati di tambang untuk cari makan, daripada kelaparan, jadi kita mau bilang apalagi," ujar Hamzah di Banda Aceh, Jumat (5/4/2O19).

Meskipun secara resmi sudah ditutup. Tapi masyarakat di sana tetap menambang minyak secara sembunyi-sembunyi. Ini terjadi kareba tidak ada solusi lain yang ditawarkan oleh pemerintah terkait dilarangnya aktivitas menambang minyak.

Kata dia, ada sekitar 1.700 sumur minyak yang ada di wilayah Ranto Peurelak.

Sekitar 1.000 sumur aktif ditambang oleh warga hingga kini. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved