WTP Mata Ie Stop Operasi

Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air milik PDAM Tirta Mountala di Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah

Editor: bakri
For Serambinews.com
Kondisi salah satu kolam air baku di WTP Mata Ie yang menyusut selama musim kemarau 

*13 Ribu Pelanggan Terganggu

BANDA ACEH - Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengolahan Air milik PDAM Tirta Mountala di Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, sejak Selasa (23/4) malam dimatikan operasional karena krisis air baku. Akibatnya, suplai air bersih ke tiga kecamatan di Aceh Besar yaitu Darul Imarah, Peukan Bada, dan sebagian Kecamatan Lhoknga terganggu.

Krisis air baku dari mata air pegunungan itu terjadi di awal musim kemarau tahun ini yang melanda Aceh secara keseluruhan. Kondisi itu menyebabkan sebagian besar kolam pemandian Mata Ie kering, bahkan kolam pengambilan air bersih untuk diolah di WTP menyusut drastis, sehingga dua dari tiga mesin WTP harus ‘diistirahatkan’ sementara karena tak mampu menyedot air yang kian dangkal.

Kabag Teknik PDAM Tirta Mountala, Salman yang dikonfirmasi Serambi, Rabu (24/4) mengaku terpaksa menyetop operasional dua unit mesin WTP Mata Ie karena minimnya air baku. “Dua unit lagi (WTP 2 dan 3) kita shut down-kan karena air bakunya tidak bisa disedot lagi. Jadi pada saat tertentu mesinnya kita hidupkan atau matikan sesuai level air,” ujarnya, seraya menyebut semua sumber air berada di dalam kompleks pemandian tersebut.

Meskipun rutin terjadi sejak tiga tahun terakhir, lanjut Salman, kekeringan kali ini datang lebih cepat dari biasanya. “Menurut kami, penyebabnya karena siklus yang tidak normal lagi dan minimnya curah hujan pada bulan-bulan tertentu,” katanya. Ditambahkan, kondisi itu menyebabkan suplai air ke 13 ribu pelanggan di tiga kecamatan itu terganggu bahkan terhenti dalam waktu lama.

Salman mengungkapkan, dalam keadaan normal WTP Mata Ie mampu memproduksi air bersih sekitar 150 liter per detik. Namun akibat kemarau ini, air yang dihasilkan hanya 60-70 liter per detik. “Sekitar 50 persen berkurang dari biasanya. Kami sudah melakukan berbagai upaya, salah satunya distribusi air bergilir, artinya sistem buka-tutup,” jelasnya.

Sementara Kepala Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB), Ustaz Kusnadi SAg MA yang ditanyai Serambi kemarin, mengaku bahwa kesulitan air juga dirasakan oleh penghuni pesantren modern itu, mulai dari santri, guru pembina, pegawai dapur, hingga petugas keamanan. Padahal, lokasi sekolah berasrama tersebut cukup dekat dengan Mata Ie, yaitu di Jalan Pintu Air, Gue Gajah.

“Meskipun kami memiliki sumur bor, para santri tetap kesulitan mendapatkan air. Santri saja ada 530 orang, ditambah puluhan pengajar dan pegawai lainnya yang menginap di pesantren. Antreannya tentu lama,” kata Kusnadi. Di samping itu, lanjutnya, kualitas air sumur bor tidak sebaik PDAM baik dari segi aroma dan kesegarannya.

Terlebih lagi, kata Kusnadi, saat ini di RIAB tengah ada karantina bagi 300 siswa seluruh Aceh yang hendak berangkat studi ke Timur Tengah. “Otomatis kebutuhan air meningkat dan kami harus saling berbagi di sini. Sementara stoknya tak menentu, apalagi di musim kemarau seperti sekarang ini,” ujarnya, seraya meminta solusi dari PDAM Tirta Mountala terkait permasalahan ini.

Kabag Teknik PDAM Tirta Mountala, Salman mengungkapkan, sistem buka-tutup (bergilir) itu masih mungkin dilakukan sebab level air di kolam air baku fluktuatif. Namun, jika kondisinya semakin parah, maka pihaknya harus berharap pada air Krueng Aceh dari WTP Siron untuk dialirkan ke kawasan Mata Ie dan sekitarnya. “Jaringan kita terinterkoneksi, namun harus dipastikan sistem produksi di Siron berjalan normal. Tapi saat ini kondisi WTP Siron di Lambaro kapasitasnya juga terbatas,” ujarnya.

Kepada masyarakat di Kecamatan Darul Imarah, Peukan Bada, dan Lhoknga, PDAM Tirta Mountala memohon maaf sebesar-besarnya atas kondisi tersebut. Pihaknya terus berusaha mendistribusikan air secara bergilir ke masyarakat. “Semoga ke depan akan ada hujan lebat di daerah tangkapan air kita, sehingga air baku kembali ada dan bisa diolah untuk disalurkan ke masyarakat,” pungkasnya.(fit)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved