Ingatkan Indonesia Waspada Utang ke China, Said Didu Ungkap Sanksi 3 Negara Ini yang Gagal Bayar
Awalnya, pembawa acara mengatakan bahwa sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia memiliki utang paling banyak ke China.
SERAMBINEWS.COM - Mantan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Said Didu'>Muhammad Said Didu mengingatkan agar Indonesia harus tetap waspada terhadap China.
Hal itu disampaikan Said Didu saat membahas utang bangsa ke China melalui acara Indonesia Busines Forum di tvOne, Rabu (8/5/2019).
Awalnya, pembawa acara mengatakan bahwa sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia memiliki utang paling banyak ke China.
Terkait hal itu, pembawa acara lantas menanyakan kepada Said Didu apakah dengan kondisi tersebut, BUMN masih bisa dikatakan aman atau tak terancam.
Baca: Kesbangpol: Aceh Peringkat 3 Provinsi Penyebaran Hoaks
Baca: Sudah Ada 250 Ribu Orang Yang Tandatangani Petisi Stop Ijin FPI, Begini Reaksi FPI
Said Didu kemudian menjelaskan bahwa semua orang perlu waspada terhadap negara yang dijuluki Tirai Bambu tersebut.
"Sebelum ke sana, saya pikir semua orang perlu memasang kewaspadaan dengan China," ujar Said Didu.
Said Didu mengatakan bahwa ada empat alasan mengapa dirinya mengatakan perlu adanya kewaspadaan terhadap China.
"Satu, karakter China memberikan utang itu berbeda dengan negara lain," jelas Said Didu.
"Kedua, negara-negara penerima utang dari China menghadapi masalah."
"Ketiga, pengalaman di dalam negeri."
"Keempat adalah swasta, yang dikatakan swasta di China itu hampir tidak ada swasta di China," sambungnya.
Dirinya mengungkapkan bahwa sudah sejak lama China memiliki karakter yang berbeda dari negara-negara lainnya.
Baca: Kivlan Zen Akan Demo KPU-Bawaslu, TKN Nilai Pendukung 02 Tak Siap Kalah
Baca: TNI AU akan Bangunkan Warga saat Sahur dengan Pesawat Tempur, Ini Daerah yang Dilewati
Said Didu memaparkan bahwa hal itu terbukti dan bisa dilihat pada sejumlah negara yang gagal membayar utang ke China.
"Terbukti dari berbagai negara seperti Zimbabwe itu mengganti mata uang, Sri Lanka menjual BUMN-nya 70 persen, Angola memaksa semua bahan baku dari China dan tenaga kerja China bekerja di Angola,"
"Nah, itu modusnya sama, Turki juga seperti itu, di Indonesia juga seperti itu,"