Selaksa Kisah Rumoh Nekyah di Gampong Ulee Gle

Rumoh Nekyah di Gampong Ulee Gle, Kecamatan Bandardua, Pidie Jaya, adalah tempat berbagai pusat kegiatan masyarakat

Editor: bakri
SERAMBI/ABDULLAH GANI
SANTRI balai pengajian Rumah Nekyah Gampong Ulee Gle, Kecamatan Bandardua, Pidie Jaya, Minggu (28/7), foto bersama setelah menerima buku cerita dari Sahlan Hanafiah yang tak lain adalah anak almarhum Nekyah. 

Rumoh Nekyah di Gampong Ulee Gle, Kecamatan Bandardua, Pidie Jaya, adalah tempat berbagai pusat kegiatan masyarakat. Dikelola dan digerakkan berdasarkan semangat sukarela warga setempat. Lembaga pendidikan agama sekaligus dijadikan tempat bermain memiliki sekira 25 anak dan diasuh oleh beberapa guru atau ustazah.

Tempat tersebut adalah kepunyaan Rukiah Abdullah (71), yang kini sudah almarhumah. Semasa hidupnya, Rukiah lebih banyak berdedikasi untuk masyarakat terutama anak-anak dan kaum perempuan. Nekyah--begitu panggilan akrab anak-anak yang belajar–menjadikan rumahnya pusat berbagai kegiatan.

Kegiatan dimaksud antara lain, mengelola pengajian bagi ibu-ibu, menjadi tetua gampong untuk kegiatan pesta perkawinan atau orang meninggal serta sebagai penengah jika terjadi sengketa atau perselisihan dalam sebuah rumah tangga di gampong itu sendiri. Sejak ia meninggal dunia pada 10 Januari 2019, rumah Nekyah menjadi kosong, karena tanpa penghuni. Anaknya, Sahlan Hanafiah, tinggal di luar Pidie Jaya. Hanya sesekali pulang.

Ide mendirikan rumah tersebut sebagai bale beut (balai pengajian) untuk mengajarkan anak-anak mengaji sekaligus sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat, seperti dikisahkan Sahlan kepada Serambi, Minggu (28/7), muncul dari salah seorang cucu Nekyah yang bernama Naylan Nur, siswi sekolah dasar di Finland Internasional School of Tampera (FISTA). Dia mengikuti orangtuanya ke sana.

Tujuannya untuk melanjutkan pendidikan agama usia dini bagi anak-anak di gampong tersebut. Saat ini, kata Sahlan, anak-anak seusia SD/MI atau SMP/MTs yang belajar di rumah tersebut sekitar 25 orang. Pengajian diasuh oleh beberapa ustazah yang berlangsung sore hari, kecuali Minggu yang belajar pada pagi hari. Di lokasi tersebut, kini sudah dibangun dua unit balai masing-masing ukuran 3x4 meter hasil swadaya. Warga setempat berjanji akan melanjutkan pengajian untuk anak-anaknya.

Selain belajar Alquran, juga belajar shalat, doa, ilmu akhak, fiqih, dan tauhid. Latihan muhazarah juga ikut diajarkan di sini. Ke depan juga akan diajarkan beberapa pengetahuan lain semisal latihan berpidato, hikayat, puisi, syair Aceh, kaligrafi, dan kerajinan tangan. Untuk menunjang kegiatan tersebut akan diupayakan mendirikan sebuah perpustakaan mini di Rumah Nekyah. Untuk mengenang almarhumah Rukiah atas jasa-jasanya, pada Minggu (28/7) diluncurkannya sebuah buku berjudul Rumoh Nekyah.

Buku yang disusun Sahlan Hanafiah, putra almarhumah Rukiah Abdullah yang juga Dosen UIN Ar-Raniry, mengisahkan keseharian Nekyah semasa hidupnya dalam mencerdaskan anak-anak. Buku tersebut diserahkan Sahlan kepada para santri yang kini tengah belajar agama. Ikut hadir pada peluncuran buku dimaksud, antara lain, keuchik bersama perangkat gampong serta beberapa orangtua/wali santri Gampong Ulee Gle.(ag)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved