Mereka Mengais Rezeki dari Batu Putih
KRUENG-Baru, lokasi perbatasan antara Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dengan Kabupaten Aceh Selatan mengalirkan air

Kecuali memiliki bahan tambang galian C yang konon katanya sangat baik untuk material bangunan, aliran Krueng Baru juga memiliki batu berwarna putih yang bercampur dengan batu biasa di hamparan pantai. Masyarakat yang berdomisili dekat DAS tampaknya kreatif memanfaatkan potensi di lingkungan mereka sebagai sumber penghasilan tambahan.
Warga kurang mampu, termasuk sejumlah ibu-ibu rumah tangga mengumpulkan batu-batu warna putih sepanjang aliran sungai. Warna batu yang menarik perhatian tersebut dikumpulkan, lalu ditampung agen pengumpul di lokasi depan rumah toko (ruko) dekat kepala jembatan Krueng Baru Desa/Gampong Persiapan Kayee Aceh, Lembah Sabil, Kabupaten Abdya.
Batu warna putih dijual agen pengumpul dengan harga antara Rp 20.000 sampai Rp 30.000/karung isi sekitar 20 kg. Konsumen tertarik membeli karena warnanya untuk dijadikan sebagai material penghias taman perkarangan rumah tangga atau dijadikan bahan material penutup permukaan makam (kuburan).
Usaha kecil-kecilan mengumpulkan dan menjual batu warna putih, menurut Nidar (42), salah seorang warga yang berdomisili dekat kepala jembatan Krueng Baru kepada Serambi, Rabu (10/10) sore, dirintis oleh beberapa warga setempat lebih lima tahun lalu. Geliat bisnis batu warna putih itu pun semakin berkembang. Saat ini, tidak kurang 25 agen pengumpul menjajakan batu warna putih di halaman deretan ruko lokasi dekat kepala jemabatan Krueng Baru.
Peminat batu warna putih yang telah diisi ke dalam karung bekas itu, menurut Nidar, bukan saja dari Kabupaten Abdya dan Kabupaten Aceh Selatan, melainkan sangat digemari konsumen dari Banda Aceh, dan warga dari wilayah timur Aceh. Malahan, tahun-tahun belakangan, batu warna putih produk Krueng Baru tersebut dibeli dalam partai besar untuk dipasarkan ke Medan, Sumut.
Saban hari ada saja angkutan L-300, termasuk angkutan truk barang yang membeli batu warna putih pada agen pengumpul, kemudian di bawa untuk dipasarkan di Banda Aceh, Lhokseumawe dan Medan. “Ada yang membeli dalam partai besar antara 50 sampai 100 karung batu warna putih,” ungkap Nidar.
Akan halnya pengakuan salah seorang remaja putri yang membantu orangtuanya memilah-milah batu warna putih mengaku tiap hari bisa menjual 5 sampai 10 karung isi 20 kg sehingga bisa menjadi sumber pendapatan tambahan. Harga batu putih sangat tergantung ukuran. Batu putih ukuran kecil atau sebesar kelereng harganya sedikit tinggi mencapai Rp 30.000/sak, dibandingkan ukuran sedang atau ukuran telur ayam Rp 20.000/sak.
“Bila konsumen membeli lebih dari 3 karung, maka harganya dikurangi sedikit,” kata salah seorang pedagang pengumpul ketika ditemui di lokasi. Beberapa agen mengaku kesulitan modal usaha untuk menampung batu warna putih yang dikumpul warga di sepanjang aliran sungai. Bila Pemkab Abdya memberikan perhatian dengan suntikan modal usaha, batu warna putih produk yang bertaburan di hamparan pantai Krueng Baru itu dapat menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitar.(zainun yusuf)