Serambi MIHRAB

Kelebihan Pendidikan Berbasis Dayah

Dayah adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang sudah sangat mengakar sejak Islam bertapak di Aceh pada abad pertama

Editor: bakri

Pendidikan di dayah dengan menanamkan nilai-nilai ibadah. Dalam bahasa Alquran nilai-nilai ibadah ini disebut dengan “selalu ruku dan sujud” dalam arti amat mantap dalam melalukan penghambaan kepada Allah. Penghambaan yang demikian mantap merupakan sumber kekuatan bagi kaum muslimin, bahkan menjadi sumber keberhasilan dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran Islam.

Inilah memang yang dicontohkan oleh Rasullah dalam perjuangannya. Syekh Musthafa Masyhur mengatakan “ Nabi ketika menghadapi persoalan genting, beliau berlindung melalui shalat. Rukuk  dan sujud dalam shalatnya dilakukan secara khusyu yang membawa rasa dekat dengan Allah.

Dan, bersama Allah pula beliau merasa berada dalam keadaan di suatu tempat sandaran yang kokoh, sehingga merasakan aman tentram, percaya diri, dan penuh keyakinan serta memperoleh perasaan damai, sabar terhadap segala bentuk ujian dan cobaan serta rela terhadap takdir Allah.

Keempat, Pendidikan di dayah selalu ditanamkan kepada santrinya untuk selalu mencari keridhaan Allah. Karena ridha Allah yang dicari, maka segala yang dilakukan disesuaikan dengan yang dikehendaki oleh Allah. Ini merupakan perwujudan dari rasa syukurnya kepada Allah atas segala nikmat yang diperoleh dan dirasakannya. Apabila seseorang telah bersyukur maka kenikmatan yang lebih besar akan diperolehnya. Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7 yang artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim:7).

Kelima, Pendidikan di dayah dengan menanamkan nilai-nilai keteladanan. Dalam bahasa Alquran disebutkan “Memperlihatkan bekas yang positif dari ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari). Hal ini karena ibadah dalam Islam bukanlah sesuatu yang dilakukan sekedar formalitas saja, guna menggugurkan kewajiban, melainkan ibadah itu harus meningkatkan keimanan, kesucian hati, dan ketakwaan kepada Allah. Sujut yang membekas bukanlah semata-mata kening yang menjadi hitam, tetapi yang pokok adalah ketundukannya kepada Allah dan Rasul-Nya serta selalu berusaha memperbaiki diri, keluarga, dan masyarakatnya agar tunduk kepada Allah. Dengan demikian, bekas yang positif dari ibadah adalah dekat kepada Allah dan mempunyai perhatian kepada sesamanya. Manakala nilai-nilai ini melekat dalam kehidupan kita bersama, maka kita akan menjadi umat yang kuat dan memiliki izzah yang membuat islam tetap jaya dan menjadi rujukan bagi seluruh ummat manusia dan pada gilirannya akan menjadi rahmatan lil’alamin.

* (Disampaikan pada Kutbah Jumat (8/2) di Masjid Agung Bireuen)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved