LIBaS

Tukang

Kata ini dipakai untuk menyebut seseorang yang mempunyai kepandaian dalam suatu pekerjaan tangan dan yang melakukan suatu pekerjaan

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Tukang
Suparno, Founder Ayam Lepaas
KATA “Tukang” telah melekat dan cukup akrab dalam keseharian hidup Kita. Kata ini dipakai untuk menyebut seseorang yang mempunyai kepandaian dalam suatu pekerjaan tangan dan yang melakukan suatu pekerjaan secara bertahap dan tetap.

Tukang, adalah sang ‘Jendral’ di setiap medan pembangunan, tanpanya apalah arti setumpuk material bangunan yang telah disiapkan. Kita bisa menebaknya, apa yang akan terjadi bila pada sebuah proyek pembangunan gedung bertingkat, di mana blue print dan material sudah lengkap, para pekerja juga sudah dikumpulkan, tetapi tidak ada satu pun yang memiliki keahlian sebagai “tukang”. Apakah ada yang berani jamin bangunan akan selesai tepat waktu dan wujudnya tepat sebagaimana blue print? Dan satu hal lagi yang tidak kalah penting; apakah tanpa adanya peran tukang, pemakaian material bisa dipastikan bisa tepat sebagaimana RAB yang ada?

Di antara Kita, setidaknya punya banyak cerita tentang tukang. “Tukang” biasanya bukan orang yang berpendidikan tinggi, tapi peran mereka sangat sentral dalam sebuah proyek. Mereka tidak faham teori konstruksi sipil, mereka juga tidak ahli dalam membuat Detail Engineering Design (DED). Seseorang yang diberi gelar “tukang” pastilah mereka yang memiliki keahlian khusus. Di mana mereka mendapatkannya melalui proses “tempaan” yang tidak sebentar dan tidak mudah dalam berbagai proyek sebelumya. Mereka juga biasa memulai karirnya dari bawah, dari kuli angkut, kuli aduk, dan pembantu tukang sampai akhirnya mereka berhasil mengasah “keahlian” hingga menjadi “tukang” profesional dan proses itulah yang dinamakan jam terbang atau pengalaman.

Dalam kegiatan bisnis, peran pengusaha pun bisa diibaratkan sebagai seorang “tukang”. Seorang pengusaha harus mampu menyatukan semua material bisnis yang ada menyatu dan utuh sebagaimana blue print yang telah disiapkan dalam kegiatan bisnis yang dijalankan. Seorang pengusaha butuh jam terbang dan proses “tempaan” yang harus dilalui. Semakin lama jam terbang berbisnis dilalui, belajar dan terus belajar dari bisnis-bisnis sebelumnya, sebagaimana “tukang” belajar dari proyek-proyek sebelumnya, maka seorang pengusaha akan menjadi sebenar-benarnya pengusaha yang tangguh, tak goyah dalam terpaan krisis.

Jika “tukang” adalah ‘jendral’ dalam setiap kegiatan pembangunan, begitu juga dengan pengusaha, ianya adalah ‘jendral’ dalam setiap kegiatan ekonomi di negeri ini.  Sebab, bisa kita bayangkan bagaimana jika di sekitar Kita, di negara ini tidak ada orang-orang yang berkiprah sebagai pengusaha atau tanpa pebisnis?

Untuk itu, mari Kita belajar dan terus menempa diri dari hal-hal kecil dalam mengembangkan bisnis Kita dan berani melewati proses pahit di awal bergerak sebagai pengusaha. Dengan demikian, Kita akan belajar dan terus belajar menjadi pengusaha profesional. Teruslah berusaha dalam berbisnis. Jangan menyerah ketika gagal, tapi buatlah “gagal” yang menyerah sehingga Kita menjadi sukses.

Untuk itu, mari Kita menghayati kembali pepatah Arab yang belakangan populer di tanah air, Man Jadda Wa Jada, “Barang siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan mendapatkannya.”

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved