LIBaS
LIBAS; Data
BANYAK di antara kita terjun ke dunia bisnis karena tergiur dan melihat bisnis yang sedang dijalankan ramai dikerjakan dan menjamur di
Tetapi, tidak banyak di antara Kita yang memulai bisnis berawal dari data prospek bisnis yang ada. Tidak banyak yang menelaah data sebagai acuan awal memulai bisnis, sehingga dengan modal besar malah justru bisnisnya tidak berkembang karena salah dalam perhitungan data awal sebelum terjun membuka usaha.
Beberapa pebisnis pemula, terbiasa melihat “fakta” jenis satu usaha sedang berkembang pesat lalu ia tanamkan modal berlimpah di sektor bisnis yang sedang booming tersebut. Sementara ia tidak melihat data sesungguhnya yang terjadi di lapangan.
Kita tentu masih ingat, begitu banyak orang membuka usaha air isi ulang. Saat ini Kita pun banyak menemukan bisnis ini di hampir setiap sudut Kota Banda Aceh. Tetapi, bisa Kita lihat banyak yang berusaha di sektor ini tidak bertahan lama. Jarang ditemukan pengusaha bisnis air isi ulang bertahan hingga 10 tahun melayani konsumen. Yang ada justru kehadiran para pemain baru dan dari kondisi tersebut melahirkan bisnis tidak sehat, saling menjatuhkan harga. Konsumen pun mudah cepat beralih ketika tidak mendapat pelayanan yang prima dari harga dan kwalitas airnya.
Banyak diantara para pelaku bisnis itu mundur teratur, alias bangkrut. Apalagi harga air isi ulang terus turun sementara modal produksi, seperti gaji karyawan yang terus naik, listrik naik, sewa toko naik, dan biaya perawatan juga naik. Nah, dari bisnis ini, yang tetap bertahan justru mereka yang menciptakan mesin air isi ulang itu sendiri.
Kasus ini terjadi tentu jika Kita tidak berpegang kepada data, bagaimana sesungguhnya kecenderungan orang pada air sebagai kebutuhan pokok sehari-hari.
Nah, pada saat Kita akan terjun ke dunia bisnis, jangan sekali-kali melihat pada “fakta” bahwa bisnis itu terlihat maju. Misalnya, Kita beramai-ramai buka kedai kopi hanya karena bisnis ini “faktanya” terlihat ramai. Sementara Kita tidak melihat data riil berapa sesungguhnya penduduk Kota ini yang ngopi dan berapa data riil dari siapa-siapa yang sebenarnya duduk di sebuah kedai kopi. Ternyata, itu-itu saja dengan tempat nongkrong yang berbeda dan tidak pernah ada pertambahan pendatang baru, misalnya.
Data itu sangat bermanfaat bagi orang yang tahu fungsinya, untuk apa dan dampaknya ke depan. Kenapa data itu mahal? sebab ia bukan sekadar angka saja, tetapi angka-angka yang memuat informasi dan bermanfaat bagi orang yang membacanya dan mengetahuinya.
Pebisnis harus berpegang pada data, Kita butuh data untuk memulai bisnis Kita. Sehingga dengan modal yang ada, bisnis Kita tidak sia-sia dengan hanya melihat fakta, bukan pada dimensi data. Dengan melakukan analisis data di awal, maka Insya Allah bisnis Kita akan tetap sasaran dan tidak akan sia-sia modal yang dikeluarkan. Insya Allah!