Pelabuhan Krueng Geukueh Sepi
Pelabuhan Krueng Geukueh masih sepi dari aktivitas ekspor impor komoditas atau barang dagangan maupun hasil bumi dan
LHOKSEUMAWE - Pelabuhan Krueng Geukueh masih sepi dari aktivitas ekspor impor komoditas atau barang dagangan maupun hasil bumi dan kerajinan. Sejak beroperasi sebagai pelabuhan umum 2009, tempat ini kebanyakan melayani ekspor LNG, condensate, amonia, dan pupuk urea.
Hasil industri tersebut diproduksi oleh PT Arun, PT PIM, dan PT ASEAN yang mempunyai dermaga pelabuhan khusus masing-masing. Sementara untuk komoditas, eksportir lokal lebih memilih Pelabuhan Umum Belawan di Sumatra Utara, karena pertimbangan biaya yang lebih murah.
“Kunjungan kapal terus menurun, tahun ini kami hanya mengekspor LNG Arun. Dalam sebulan ekspornya hanya satu atau dua kapal. Sementara untuk impor hanya jenis gula dan beras oleh Bulog,” ujar Asisten Manajer Hukum dan Humas PT Pelindo I, Mufti Rakhman AMMK kepada Serambi di Lhokseumawe, Jumat (31/5).
Ia menjelaskan 2010 lalu pihaknya pernah mencoba mengekspor cokelat, namun gagal karena eksportir menolak. Calon eksportir mengatakan biaya ekspor melalui pelabuhan ini tinggi, sehingga mereka lebih memilih mengeskpor melalui Pelabuhan Belawan, Medan.
Terkait tingginya biaya ekpor ini, kata Mufti, dikarenakan kapal yang akan memuat komoditas ekspor di Pelabuhan Krueng Geukueh tidak memuat barang impor, sehingga biaya transportasinya tidak efisien.
Mufti mengakui sejak dipindahkan dari pusat kota dan mulai beroperasi, aktivitas pelabuhan tersebut sepi dari bongkar muat. Padahal, pelabuhan ini sudah dilengkapi berbagai fasilitas, seperti dermaga, lapangan penumpang, dan kapal pandu. Sejauh ini, keberlangsungan pelabuhan Krueng Geukue, hanya karena ada subsidi silang dari pemerintah.
“Saat ini Pemerintah Aceh sedang melakukan negosiasi rute kapal dari Pelabuhan Jakarta-Belawan-Malahayati. Mudah-mudahan kalau ini terealisir, pelabuhan ini turut kecipratan dengan singgahnya kapal-kapal yang melintasi Lhokseumawe,” ungkapnya.
Amatan Serambi Jumat (31/5), pelabuhan umum ini sepi dari aktivitas. Hanya ada satu kapal kargo bermuatan gula pasir yang bersandar. Sementara empat kapal pandu lainnya terlihat parkir. Pelabuhan dijaga oleh empat orang Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai (KPLP) dan dua orang marinir. Sementara beberapa buruh pelabuhan terlihat duduk-duduk dan tidak bekerja.Daya Beli Kurang
Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Sub Seksi (Kasubsi) Penyuluhan dan Layanan Informasi (PLI) Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Kota Lhokseumawe, F Razi menjelaskan saat ini di Lhokseumawe terdapat satu pelabuhan umum yaitu di Krueng Geukueh, dan dua pelabuhan khusus masing-masing milik PT Arun dan PT PIM.
“Daya beli masyarakat Aceh kurang, sehingga kegiatan ekspor impor juga kurang. Kalau pun ada itu hanya sebatas untuk pemenuhan kebutuhan primer seperti impor gula dan beras oleh Bulog dari Thailand dan Vietnam,” ujarnya.
Ia membenarkan eksportir Aceh yang mempunyai komoditi dagang seperti cokelat, kopi, dan udang lebih memilih Pelabuhan Belawan daripada Pelabuhan Umum Krueng Geukueh. Menurutnya hal ini disebabkan efisiensi biaya transportasi dan ketersediaan sarana. Tahun ini pihaknya mengaku belum mendapat laporan untuk kegiatan ekspor impor pelabuhan umum.
Ia menegaskan dalam hal ini pihaknya hanya mengawasi dan melayani sesuai quato. Sedangkan perizinan ekspor impor dikeluarkan oleh departemen yang bersangkutan.(nr)