Ramadhan Mubarak

Syiar dan Dakwah

SYIAR dan dakwah merupakan satu paket instrument penting yang tidak boleh tidak harus dimiliki oleh seorang

Editor: bakri
Drs. Hasanuddin Yusuf Adan, Lc 

Oleh Drs. Hasanuddin Yusuf Adan, Lc. Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh.

SYIAR dan dakwah merupakan satu paket instrument penting yang tidak boleh tidak harus dimiliki oleh seorang da’i atau seorang missionary. Syi’ar yang berasal dari kata syu’ur yang bermakna rasa masuk dalam banyak jenis ibadah dalam pemahaman Islam. Umpamanya syi’ar haji mulai terdapat pada manasik, pada lambang keagungan Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Bukit Shafa dan Marwa (QS. Al-Baqarah: 158). Syi’ar bagi ibadah shalat mulai kita rasakan sejak dikumandangkan azan, mengambil wudhuk, beramai-ramai menuju ke masjid dan sebagainya. Setiap langkah seseorang muslim menuju pelaksanaan ibadah yang diwajibkan Allah sudah ada nilai syi’arnya.

Jadi syi’ar yang bermakna rasa tersebut betul-betul umat Islam dan non muslim merasakan betapa semaraknya orang-orang bermanasik haji, bagaimana agungnya bangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, bagaimana meriahnya orang-orang menunaikan shalat Tarawih di bulan Ramadhan dan melaksanakan shalat Idul Fithri dan Idul Adha setiap tahunnya. Syi’ar-syi’ar semacam itulah yang selalu menggairahkan umat Islam untuk semakin yakin dan sungguh-sungguh melaksanakan berbagai ibadah yang diperintahkan Allah dan bertambah ketakwaannya sebagaimana firmanNya: “Dan barangsiapa yang menggunakan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan.” (QS. Al-Hajj: 32).

Sementara dakwah berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan. Kata dakwah itu sebagai ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam dan beberapa kamus diartikan sebagai ajakan, seruan, dan ajakan kepada Islam. Kata da’a dalam Alquran, terdapat 5 kali, sedangkan kata yad’u ada 8 kali dan kata dakwah terulang sampai 4 kali. Makna etimologis kata dakwah tertera dalam Alquran memiliki banyak arti, antara lain: yang bermakna menyampaikan dan menjelaskan (QS. Yusuf: 108), yang bermakna berdo’a dan berharap (QS. Al-A’raf: 55), dan yang mengandung arti mengajak dan mengundang (QS. Yusuf: 33).

Dengan demikian, antara syi’ar dan dakwah itu selalu berhubung kait baik dari sisi makna maupun sisi amalan ibadah oleh seseorang muslim. Kalau syi’ar selalu dirasakan nuansanya oleh umat manusia seperti syi’ar Ramadhan, umat Islam sudah merasakan syi’ar tersebut minimal sebulan sebelum masuk Ramadhan dengan memperbanyak puasa sunat di bulan Syakban. Ketika masuk Ramadhan syi’arnya kembali muncul mulai dari maraknya penjualan penganan berbuka, seperti kue, air tebu/kelapa, cendol dan sebagainya. Semua itu tidak terdapat dalam bulan-bulan selain Ramadhan. Demikian pula semua kedai kopi dan warung nasi tutup di siang hari, nuansa syi’ar Islam di bulan Ramadhan begitu mengagungkan alam raya ini.

Para da’i (juru dakwah) dapat memanfaatkan suasana dari perkembangan syi’ar-syi’ar tersebut mengajak umat untuk menaati Allah dan RasulNya. Para da’i setiap malam di masjid, di meunasah, dan di surau berdakwah mengajak, mengarahkan, meminta umat Islam untuk terus berpuasa dengan menjaga kualitas puasanya berada di urutan nomor satu. Para da’i juga berdakwah siang malam selama Ramadhan, mengarahkan umat Islam agar selalu memperkokoh akidah, memantapkan syariah dan meng-karim-kan akhlak umat.

Dari syi’ar-syi’ar yang telah ada umat Islam dapat meningkatkan iman dan takwa kepada Allah, dan dari syi’ar itu pula memperindah gerakan dakwah. Seorang juru dakwah akan lebih berpengalaman dalam berdakwah manakala ia memadukan kandungan dakwahnya dengan syi’ar-syi’ar yang ada. Ketika syi’ar itu dipadu dalam sebuah bungkusan rapi dan muslihat bersama dengan ayat-ayat Allah dan hadis-hadis Rasulullah saw, maka sang juru dakwah akan berpenampilan jauh lebih menarik dibandingkan para penceramah amatiran.

Syi’ar dan dakwah di bulan Ramadhan seperti ini haruslah diperbanyak bukan hanya oleh para da’i saja melainkan oleh seluruh umat Islam dan juga umat manusia yang menghuni wilayah-wilayah mayoritas muslim. Karena antara syi’ar dan dakwah itu terdapat perdamaian yang tidak sanggup digali umat manusia seperti mendamaikan antara satu pihak dengan pihak yang berperang lainnya. Dalam syi’ar itu selalunya terdapat kemuslihatan, keamanan, kedamaian, keberuntungan dan keakraban sesama manusia terutama sekali sesama muslim.

Ketika semua itu telah wujud dalam syi’ar maka wilayah dakwah pun terbuka lebar di sana. Juru dakwah dengan mudah mengajak umat untuk beriman, bertakwa, dan beramal shalih mengikuti pengalaman dari syi’ar-syi’ar yang telah ada. Dengan demikian akan muncul kesadaran baru dari para kriminal yang selama ini belum sadar untuk beriman, bertakwa dan beramal shalih dalam kehidupan ini. Kandungan dakwah itu sendiri bagaimana diolah oleh sang da’i, kalau olahannya sejuk, menyenangkan dan mengena sasaran maka para kriminal pun akan tersentuh hati dan kembali kepada kebenaran. Insya Allah!

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved