Atraksi Menegangkan Pembalap Tong Setan
BANYAK yang menduga para pembalap Tong Setan mengunakan ilmu sihir saat memperagakan atraksi menegangkannya

BANYAK yang menduga para pembalap Tong Setan mengunakan ilmu sihir saat memperagakan atraksi menegangkannya. Dugaan berbau ilmu mistik itu langsung dibantah Staf Lapangan Pengelola Tong Setan, Baharuddin yang dijumpai Serambi di acara Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-6 di Lampriet, Banda Aceh, Selasa (24/9).
“Ngak ada pakai ilmu sihir, itu murni ketangkasan,” kata pria berusia 40 tahun. Menurut lelaki asal Aceh Timur itu, siapa saja bisa menjadi pembalap Tong Setan, asalkan mau berlatih sampai tiga bulan. Karena dalam beraksi dibutuhkan keberanian dan keterampilan. Bagi yang berpengalaman sampai satu tahun bisa melakukan atraksi berdiri sambil lepas tangan, duduk menyamping, sambil mengoyang-goyang tubuh, mengakat kaki ke atas stang dan lain-lain. “Ada yang jatuh, ada yang dibawa ke rumah sakit. Tapi anggota kita kalau jatuh cuma pingsan saja,” ujarnya.
Belasan penonton sore kemarin mulai naik ke atas Tong Setan dengan ketinggian lima meter dan luas lingkaran tujuh meter. Penonton yang memegang tiket Rp 10 ribu perorang bisa menyaksikan atraksi pembalap Tong Setan selama 10 menit. Butuh tujuh orang untuk menjalankan hiburan yang cukup mendebarkan jantung ini. Dua orang menjaga tangga naik dan turun. Satu orang bertindak untuk mengatur penonton di atas Tong Setan termasuk menyuruh turun tiap habis satu show atau 10 menit. Sedangkan dua orang menjadi pembalap dan dua lagi cadangan.
Semula hanya Mahlil (22) yang memacu kenderaan RX King sendirian. Tiga orang lagi sedang memperbaiki satu RX King lain. Jantung penonton pria dan wanita mulai berdebar saat melihat Mahlil memacu kendaraan. Penasaran dengan kabar kemampuan pembalap Tong Setan yang sanggup mengambil uang di tangan penonton. Serambi pun mencoba memegang sudut uang kertas Rp5.000. Mahlil yang sedang berpacu kenderaan di tengah naik ke atas hingga garis merah merebut uang.
Kemudian Mahlil seperti menantang penonton lain untuk memegang uang sambil berdiri. Seorang pria di seberang langsung buka dompet dan menaruh uang Rp 5.000. Dalam sekejap Mahlil kembali naik dan mengambil uang tersebut. Sayangnya, entah Mahlil tak sempurna mengambil, atau remaja itu cepat melepas hingga uang terbang ke bawa Tong Setan. Uang saweran penonton murni untuk pembalap dan anggotanya tujuh orang. Dalam sehari uang saweran tertinggi bisa mencapai Rp 400 ribu. “Ada pengunjung yang pegang Rp1.000 hingga Rp 20.000. Untuk dapat uang saweran harus memacu kecepatan 60 Km perjam, tapi bila kurang bisa jatuh,” ujar Baharuddin.
Usai kenderaan diperbaiki, giliran Muhammad Andika (21) asal Aceh Timur yang bergabung. Pria lulusan SMA yang pernah menjadi santri di Meulaboh ini mengawali atraksinya dengan duduk bersila kaki sambil berdoa di atas RX King yang melaju kencang hingga diakhiri menyapu muka dan melanjutkan adegan yang tak kalah dengan Mahlil. Kemudian keduanya memamerkan laju kendaraan satu di atas dan di bawah beriringan sambil berpegangan tangan. Berbagai aksi ini diakhiri Andika dengan bersila kaki untuk doa penutup show.
Kepada Serambi, Andika mengaku mengalami kecelakaan saat tampil, Sabtu (21/9) malam atau pukul 22.00 WIB akibat kelelahan setelah beraktraksi sejak siang. Tapi setelah siuman 30 menit kemudian, pria lajang ini kembali memacu roda gila hingga hiburan berakhir. Kecelakaan juga pernah dialaminya hingga pinggang terkilir dan dibawa ke tukang urut saat tampil di Takengon.
Musibah di Tong Setan juga dialami Zico hingga kaki kanannya patah saat beraksi di Sabang tahun 2007. Pria asal Langsa berusia 27 ini hanya berhenti 10 hari dan tampil lagi di Tong Setan. Ia mengaku bergelut di dunia Tong Setan ini bukan karena uang semata, tapi suka tantangannya. Baginya luka lecet-lecet sudah biasa sejak main tahun 2007. “Saya akan berhenti setelah kawin,” ujar Zico.
Dikisahkan Bahruddin, Tong Setan ini mulanya di buat tahun 1999 di Medan. Mereka pernah tampil tahun 1996 dari Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Utara. Kemudian mereka tampil di berbagai kota dan Pulau seluruh Indonesia sampai Papua, kecuali Timor Leste, Lombok dan Balik. Setelah berkelana di luar kota baru kembali ke Aceh tahun 2003. “Prospeknya besar di Aceh, tapi izinnya kadang susah. Makanya ada pengusaha di Medan takut di baker Tong Setan,” sebutnya.(adi)