LIBaS

Membelah Laut

“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya

Editor: bakri

“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”

AYAT pada Surat Al Baqarah ayat 50 tersebut menerangkan kisah Nabi Musa as ketika membelah Laut Merah. Musa dan pengikutnya menyeberangi Laut Merah untuk menghindari kejaran Firaun dan pasukannya. Seizin Allah SWT, rombongan Musa berhasil melalui laut yang dalam itu. Laut kembali menutup dan Firaun bersama pasukannya pun tenggelam ditelan Laut Merah.

Ketika Nabi Musa as membawa Bani Israil ke luar dari negeri Mesir menuju Palestina dan dikejar oleh Firaun, mereka harus melalui laut Merah sebelah Utara. Allah SWT memerintahkan kepada Musa memukul laut itu dengan tongkatnya.

Perintah itu dilaksanakan oleh Musa hingga belahlah laut itu dan terbentanglah jalan di tengah-tengahnya dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan kaumnya ke seberang. Sementara Firaun dan pengikut-pengikutnya yang mengejar Musa di jalan itu juga, namun saat pasukan Firaun berada di tengah-tengah laut, kembalilah laut itu sebagaimana biasa, lalu tenggelamlah mereka.

Membelah laut, adalah mukjizat Nabi Musa as yang lebih sering kita dengar dari sekian banyak mukjizat Musa yang Allah SWT berikan kepadanya. Membelah laut dengan tongkat, memang seperti sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, tetapi Alquran telah mengabadikan peristiwa itu, peristiwa ketika Musa membawa kaumnya dalam keimanan kepada Allah SWT.

Banyak hikmah yang dapat kita petik dari mukjizat Musa as saat membelah laut dalam usaha menyelamatkan tauhid umatnya. Meski mukjizat itu tidak akan datang kepada kita, tetapi spirit membelah laut adalah semangat yang tetap bisa kita lakukan dalam mengarungi kehidupan saat ini. Saat Musa mendapatkan mukjizat itu, tentu Musa dan kaumnya telah berada pada usaha dan perjuangan yang maksimal dalam menjaga ketauhidan kepada Allah SWT. Laut yang terbelah adalah ujung dari kesabaran dan kesetiaan Musa dalam menaati Allah SWT.

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, sebagaimana mukjizat itu terjadi untuk Musa as dan kaumnya. Dalam keseharian, di luar mukjizat kita dapat meyakini bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini asalkan kita mau berusaha dengan maksimal. Saat buntu, menghadapi situasi pelik yang tidak mungkin diselesaikan segera kita teramat sering panik dan cepat menyerah pada keadaan.

Kesengsaraan, kebangkrutan, dan kegagalan yang menguji kehidupan kita adalah awal dari keberhasilan kita di kemudian hari. Tetapi, sedikit di antara kita yang mau bersabar dan terus berjuang dalam kesabaran dalam kemelut hidup yang sedang kita hadapi itu. Alih-alih dapat ‘membelah laut’ mengurai persoalan yang melilit kita-- sebagaimana Musa membawa selamat umatnya--kita justru sering tenggelam dalam lautan kegagalan.

Mukjizat Musa as, membelah laut mengajarkan kepada kita yang hidup hari ini untuk terus berusaha dan berusaha dalam kebaikan dan menyempurnakan setiap ikhtiar kita dalam usaha menggapai apa yang diinginkan dalam hidup ini. Dengan usaha maksimal dan pantang menyerah dalam beragam kemelut hidu dan ujian, Kita dan orang-orang yang kita cintai dapat segera menyeberang dan terbebas dari ujian hidup yang sedang dihadapi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved