Vojoel ‘Berlabuh’ di Tembang Cinta
DI suatu hari setahun yang lalu, Vojoel pergi ke wilayah barat. Hujan deras di siang itu memaksa Vojoel menyingkirkan
DI suatu hari setahun yang lalu, Vojoel pergi ke wilayah barat. Hujan deras di siang itu memaksa Vojoel menyingkirkan sepedamotornya dari jalanan dan berteduh di teras bangunan sebuah sekolah. Lantaran hujan tak kunjung berhenti, Vojoel pun pergi ngopi ke kantin sekolah.
Belum sempat menyeruput kopi panas, puluhan siswa sudah mengerubutinya. “Ini Vojoel, kan? Ngapain ke sini, bang,” tanya beberapa siswi. Vojoel tersenyum. Dia mengaku cuma ingin berteduh sebentar seraya menanti berhentinya hujan. Tak ingin kehilangan kesempatan, mereka pun minta Vojoel berfoto bersama.
Tembang-tembang slow rock-nya ternyata dinikmati oleh kaum remaja. Tidak mengherankan kalau pemuda bernama lengkap Fauzul Mustaqim ini dikenal hingga ke pelosok desa. Vojoel memang bukan pendatang baru di blantika musik slow rock Aceh. Album perdananya Percuma Lon Sayang dirilis pada 2006.
Hingga kini sudah tujuh album diluncurkan. Hampir setiap tahun dia merilis hits-hits terbarunya. “Alhamdulillah, respons masyarakat sangat baik kala itu,” kata Vojoel saat diwawancarai Serambi di Banda Aceh, Sabtu (23/11) siang.
Begitu pula dengan album-album yang lain seperti 123 I Love You, Pangeran Cinta, maupun Isabella. Yang terakhir ini dirilis pada Agustus lalu dan cukup suskes di pasaran. Di album Isabella dia berduet dengan Poppy Shabrina, gadis yang kini bekerja di Bank BTN Aceh. “Dari target 40.000 keping CD terjual, kini sudah laku lebih dari separuh,” katanya.
Semua hits yang didendangkannya bertema soal percintaan. Target pasar memang kaum remaja. “Untuk menyentuh kaum muda dan remaja, maka tema-tema soal percintaan merupakan salah satu daya tarik,” kata penyanyi kelahiran Desa Jeumpa Sanggeu, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie ini.
Apakah bakat menyanyi menurun dari orang tuanya? Pepatah “buah jatuh tidak jauh dari pohon”, ternyata kurang tepat pada sosok Vojoel. Bakat tarik suaranya tidak diturunkan dari orang tua, yang hingga kini berprofesi sebagai pedagang.
Vojoel sendiri terjun ke dunia tarik suara saat seorang teman mengajaknya. “Awalnya coba-coba, ya alhamdulillah dapat sambutan,” kata dia, seraya membolak-balik beberapa keping CD yang berisi aneka tembang yang dinyanyikannya.
Tak cuma di lagu, Vojoel juga bermain di film komedi Aceh Eumpang Breuh sebagai Pak Sekdes. “Kebetulan, kata sutradara, memang cocoknya saya di situ,” katanya.
Dari Empang Breuh 5 sampai Eumpang Breuh 12, Vojoel selalu di posisi Pak Sekdes, termasuk di film Eumpang Breuh edisi khusus sosialisasi zakat yang diluncurkan Oktober lalu. Sedangkan di serial drama Jeu’ee yang diluncurkan pada 2010, Vojoel menjadi pemeran utama. “Ini kisah percintaan juga, antara orang miskin dan orang kaya,” kata pemuda yang masih single ini.
Menjelang pesta politik 2014, sudah ada beberapa pihak yang mendekati Vojoel untuk tampil unjuk performa di depan publik. Namun, sang penyanyi ini sendiri masih pikir-pikir. Soalnya, yang ‘meminang’ berasal dari partai politik tertentu. “Ya, memang sudah ada yang menjajaki. Tapi wawas juga. Soalnya, dipikir kita berpihak ke kelompok tertentu, padahal kita cuma menyanyi secara profesional,” kata dia sambil tersenyum. (sak)