Serambi MIHRAB

Mengunjungi Percetakan Quran Terbesar di Dunia

ALHAMDULILLAH, saya bersama istri berkesempatan lagi melaksanakan umrah, setelah terakhir kami umrah tahun 2007

Editor: bakri

CATATAN H HARUN KEUCHIK LEUMIEK, Penasihat PWI Aceh, dari Madinah

ALHAMDULILLAH, saya bersama istri berkesempatan lagi melaksanakan umrah, setelah terakhir kami umrah tahun 2007. Tahun ini saya tetap umrah bersama istri dan seorang pengajar di Yayasan Pendidikan Haji Keuchik Leumiek, Ustaz Jumaris SAg.

Rombongan kami yang berjumlah 30 orang tiba malam di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Kami harus menunggu lama untuk urusan imigrasi karena ramainya pengunjung dari berbagai negara. Setelah dua jam, barulah urusan imigrasi selesai dan kami pun berangkat ke Madinah naik bus. Tiba di Madinah menjelang subuh.

Saya lihat Masjid Madinah yang tahun 2007 lalu sedang direnovasi, kini telah selesai. Ukurannya sudah sangat besar dan luas. Ini masjid terbesar kedua di dunia setelah Masjidil Haram di Mekkah. Luas Masjid Madinah sekarang 1,1 juta meter persegi dan mampu menampung 1,5 juta jamaah. Dalam sinaran lampu warna-warni subuh dini hari (waktu Madinah) saya lihat betapa indah dan anggunnya masjid ini setelah direnovasi dengan keindahan arsitektur yang mengagumkan.

Di sekeliling masjid itu telah berdiri banyak hotel pencakar langit yang selalu penuh oleh tamu. Di halaman depan dan belakang masjid dibuat cukup banyak payung besar, disanggahkah di atas tiang-tiang yang berukir indah dan sangat cantik saat terbuka. Payung warna lembayung dan kekuning-kuningan ini dihiasi garis-garis yang sangat memesona. Payung itu untuk jamaah agar terlindung dari terik mentari.

Pada hari kedua kami di Madinah turun hujan sangat lebat dengan petir dan kilat sampai sore hari. Di beberapa tempat tergenang air dan banjir. Menurut warga Madinah, hujan seperti itu sangat jarang terjadi di sini. Akibat lebatnya hujan hari itu, beberapa tempat di luar Kota Madinah, terutama di dataran rendah menjadi tontonan warga yang melihat air mengalir deras yang langka terjadi.

Selama tiga hari di Madinah, kami ziarah ke beberapa tempat yang sangat utama, seperti ke makam Rasulullah saw dan dua sahabat beliau, Umar bin Khatab dan Abu Bakar Siddiq di Masjid Nabawi, kemudian ke Masjid Quba--masjid pertama dibangun Nabi Muhammad--selanjutnya ke Masjid Kiblatain, Gunung Uhud, dan terakhir ke tempat percetakan Alquran terbesar di dunia, sekitar 8 km dari Masjid Nabawi.

Dalam perjalanan menuju ke percetakan ini, saya lihat bunga-bunga dan tanaman hias warna-warni yang sangat indah di sepanjang jalan, seperti yang biasa kita dapati di Berastagi, Sumatera Utara. Di kompleks perkantoran percetakan ini juga ditanami dengan tanaman hias dan rumput yang sangat hijau dan asri. Terlihat sangat kontras jika dibandingkan dengan tempat lain di Arab Saudi.

Areal tempat percetakan Alquran ini sangatlah luas, mencapai 250.000 m2. Di dalamnya terdapat beberapa bangunan, antara lain, kantor dan masjid yang sangat indah. Percetakan Alquran terbesar ini lengkap dengan tempat terjemahan yang dapat diterjemahkan ke dalam 40 bahasa, tempat riset, tempat rekaman, dan tempat diskusi. Jumlah karyawannya mencapai 1.700 orang.

Untuk masuk ke kompleks percetakan ini pengamanan sangatlah ketat. Dijaga oleh puluhan polisi. Kita diharuskan antre dua baris, masing-masing barisan 50 orang. Setelah barisan pertama ke luar, barulah antrean di barisan selanjutnya masuk. Jamaah perempuan dilarang masuk. Dari tempat parkir bus untuk masuk ke percetakan ini kita harus berjalan kaki kira-kira 300 meter. Kami diterima di lantai dua. Tempatnya agak sempit. Dari lantai dua ini kami lihat ke bawah bagaimana proses percetakan Alquran dengan mesin yang modern.

Semua pengunjung ke percetakan ini masing-masing diberikan satu Alquran terbaik dan indah hasil cetakannya, dengan kualitas kertas dan hurufnya yang sangat jelas, terang, dan sangat rapi. Alquran yang diberikan kepada jamaah berukuran 14x20 cm, tapi kepada jamaah yang agak tua diberikan yang lebih besar, ukuran 20x29 cm.

Mengunjungi tempat percetakan ini tak boleh lama karena masih ada ribuan orang yang antre setiap harinya dari berbagai negara. Tempat percetakan Quran ini dibuka dari hari Minggu sampai Jumat. Di area ini dilarang memotret atau mengambil gambar. Tapi banyak juga yang coba mengambil gambar dan tidak langsung dilarang. Begitu juga sekarang ini di masjid-masjid, baik di Masjid Madinah maupun di Masjidil Haram, orang memotret tak dilarang seketat dulu lagi.

Mengunjungi percetakan Alquran terbesar di dunia ini memiliki kesan tersendiri, karena kita dapat menyaksikan langsung bagaimana cara mencetak “Kalam Ilahi” yang sangat kita junjung tinggi. Ditambah lagi setiap pengunjung mendapat hadiah sebuah Alquran sangat indah.

Alquran hasil dari percetakan ini juga dikirim ke berbagai negara di dunia, termasuk ke Indonesia dan Aceh. Seperti yang baru-baru ini Alquran hasil percetakan terbesar di Madinah itu juga dikirim ke Aceh dan diterima oleh Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Prof Dr Azman Ismail MA, kemudian disalurkan ke pesantren-pesantren dan masjid-masjid yang ada di Aceh. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved