LIBaS
Memilih
ADA satu ungkapan yang sangat populer di dunia maya beberapa waktu yang lalu; “penyesalan itu datangnya belakangan
ADA satu ungkapan yang sangat populer di dunia maya beberapa waktu yang lalu; “penyesalan itu datangnya belakangan, kalau diawal itu namanya pendaftaran”. Sepintas, ungkapan ini polos dan mengandung ‘canda’. Tetapi, menurut saya, ungkapan itu “benar” adanya.
Ungkapan di atas, tentu terkait pilihan kita dalam setiap hal yang harus kita pilih. Kita kadang menyesal atas kekeliruan memilih setelah apa yang kita pilih tidak sesuai dengan harapan.
Hidup itu, soal “pilihan”. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan setelah pilihan kita yakini benar. Bahkan “satu detik” sekalipun tidak bisa kita pastikan pilihan itu akan benar di masa depan.
Tetapi, sudah pasti kita akan selalu dihadapkan pada beberapa pilihan yang semuanya “memberikan” nilai yang berbeda di masa depan. Masalah datang bila kita sendiri “kurang” informasi alias pengetahuan tentang tiap-tiap pilihan yang ada.
Ingat dengan kuis di televisi yang sangat populer beberapa puluh tahun yang lalu, “Who want’s to be milionare”. Di mana peserta hanya memiliki 3 alat bantu ketika buntu; fifty-fifty, call of friend, dan ask be audience.
Jika ke-3 pilihan itu sudah dipakai maka; tinggal make “feeling” saja atau “berhenti”. Semuanya “tergantung si “peserta”. Semuanya “hanya pilihan”.
Tapi hal yang sangat berbeda selalu melingkupi kehidupan kita yang nyata! Di mana kita dihadapkan dengan sangat banyak pilihan di setiap setiap kesempatan. Dan parahnya; seolah- olah semua itu baik.
Belum lagi ditambah “bumbu-bumbu” serta dorongan dari dalam diri serta lingkungan yang sering membuat kita mengabaikan “logika” serta kemanfaatan jangka panjang. Hal ini terjadi akibat faktor “persepsi” yang meliputi dan menyelimuti masalah tersebut dan sepatutnya; jika pun kita harus memilih sebaiknya kita tentukan pilihan kita pada yang “terbaik” dari yang baik-baik, mengapa? karena kebaikan itu sentiasa “memberikan ketenangan” serta akan melahirkan kebaikan yang lebih besar serta yang lebih luas.
Secara fitrahnya; kita sebagai manusia “mencintai kebaikan serta ingin selalu berbuat baik untuk semua. Perhatikanlah di sekeliling kita, siapa yang menolak jika diberikan pilihan yang baik, tentu tidak akan ada yang menolaknya.
Ada satu prinsip yang ditanamkan oleh konsultan bisnis secara umum; kita memilih karyawan berdasarkan “kepandaiannya” akan tetapi kita memecatnya karena akhlak atau kelakuannya.
Harapan kita adalah; jika kesempatan memilih datang pada kita, termasuk dalam bisnis maka “pilihlah” yang sudah kita kenal baik dan buruknya, termasuk juga jaminan produknya. Jika itu sudah kita jadikan “prinsip” maka memilih akan menjadi awal usaha kebaikan kita di masa yang akan datang, termasuk juga di dalam bisnis yang kita jalankan yang setiap saat ada pilihan-pilihan yang mesti kita tentukan. Insya Allah!