Serambi MIHRAB
Al-Kindi Filosof Muslim Pertama
AL-KINDI adalah orang Islam pertama yang muncul dengan gagasan-gagasan filsafat dan dianggap sebagai representasi
Al-Kindi memang merupakan representasi pertama dan terakhir dari seorang murid Aristoteles di dunia timur. Corak berfikir Al-Kindi bersifat ekletisisme, sehingga dalam corak berfikir filsafatnya terdapat unsur-unsur pikiran Aristoteles dan juga Plato. Unsur Aristoteles yaitu pembagian filsafat kepada teori dan amalan, sedangkan unsur Plato adalah defenisinya.
Namun, sebagaimana konsistensi Al-Kindi dalam proyek rekonsiliasi antara agama (Islam) dengan filsafat, dalam teori-teori filsafat yang jauh lebih praktis, Al-Kindi tidak secara instan menerima dan mengikuti pemikiran para filosof Yunani, malainkan menganalisis lebih dalam dan menyesuaikannya dengan doktrin agama.
Dalam membicarakan masalah kejadian alam, misalnya; Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles yang mengatakan bahwa alam itu abadi. Ia tetap berkeyakinan bahwa alam adalah ciptaan Allah, yang diciptakan dari tiada dan akan berakhir menjadi tiada (creation ex nihilio). Sebagai seorang muslim, Al-Kindi tidak kehilangan kepribadiannya berhadapan dengan pendapat filosof yang dianutnya.
Lebih dari itu, Al-Kindi termasuk ulama yang mempertahankan ajaran adanya kebangkitan jasmani setelah mati. Manusia dibangkitkan tidak hanya ruhnya, tetapi juga jasmaninya (di akherat nanti). Al-Kindi juga mendukung keyakinan tentang terjadinya mukjizat pada seorang Nabi atau Rasul, keabsahan wahyu Nabi, serta kepastian akan terjadinya hari kiamat (hari dihancurkannya dunia oleh Tuhan).
Menyangkut dengan hakikat Allah, Al-Kindi mengungkapkan bahwa Allah adalah wujud yang hak (al-iniyyah al-haqqah), yang tidak ada ketiadaan selama-lamanya, yang selalu demikian wujudnya secara abadi. Ia selalu ada, dan selalu mustahil tidak ada. Oleh karenanya Tuhan adalah wujud yang sempurna. Bagi Al-Kindi, Tuhan adalah unik, ia hanya satu, dan tidak ada yang serata dengan-Nya. Dialah Yang Benar Pertama (al-haqq al-awwal) dan Yang Benar Tunggal (al-haqq al-wahid). Selain dari-Nya mengandung arti banyak.
Soal sifat Tuhan yang juga ramai diperdebatkan di kalangan mutakallimun zaman itu, Al-Kindi tampaknya lebih cenderung pada mazhab Mu’tazilah yang lebih menonjolkan keesaan sebagai satu-satunya sifat Tuhan. Al-Kindi memandang keesaan itu sebagai suatu sifat Allah yang khas. Menurutnya, Allah itu esa dalam bilangan dan esa dalam zat. Esensi-Nya tidak mengandung kejamakan, tidak ada sesuatu yang dapat menandingi dan menyerupai-Nya. Allah itu azali yang tidak boleh tidak ada. (dari berbagai sumber/asnawi kumar)