Breaking News

Sejenak Mengenang P Ramlee

SIAPA yang tak kenal P Ramlee? Generasi yang mekar pada 1960-an di negeri ini, terutama kaum wanita, pasti mengenal

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Sejenak Mengenang P Ramlee
Pemimpin Umum Harian Serambi Indonesia, H Sjamsul Kahar, menerima buku P. Ramlee, Seniman Agung Dunia Melayu , dari aktivis Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki (PuKAT), Thayeb Loh Angen, usai acara mengenang rindu untuk P. Ramlee, di Aceh Community Center (ACC) Sultan II Selim, Banda Aceh, Sabtu (22/11).

SIAPA yang tak kenal P Ramlee? Generasi yang mekar pada 1960-an di negeri ini, terutama kaum wanita, pasti mengenal dan mengagumi P Ramlee. Dialah artis besar Malaysia, penyanyi bersuara emas, aktor ganteng dan sutradara kenamaan, komponis, yang berdarah Aceh.

Sabtu (22/11) kemarin, Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki, menghantar kenangan lama itu dengan memutar sebuah film dokumenter bertajuk “P Ramlee: Anak Aceh Bintang Asia Tenggara”.

Riawayat P Ramlee dibentang. Juga diselingi dengan memutar lagu-lagu terindah yang pernah dinyanyikan sang maha bintang. Acaranya di ACC Sultan Selim II Banda Aceh itu, memang sederhana. Tapi peminat seni budaya datang dengan sengaja. Thayeb Loh Angen, budayawan yang eksentrik itu, sekaligus penggagas acara, tak segan-segan menyanyi lagu P Ramlee dengan bobot suara vales-nya yang menggelitik. Pengunjung bertepuk.

Lalu, sepenggal demi sepenggal riwayat P Ramlee yang memang berdarah asli Aceh itu diurai. Orang terkesima. Apalagi, tak banyak yang tahu asal usul mahabintang itu sebelumnya. Adalah Dr Mehmet Ozay Sosiolog Islam Turki, seorang peneliti perkembangan film Asia Tenggara, menjelaskan kebesaran P Ramlee sebagai seniman serba-bisa.

Lantas di sela-sela itu ingatan menerawang pada rumor yang berkembang di tahun 60-an. Konon kabarnya, ada seorang gadis di bilangan Aceh Utara, jatuh sakit berat karena memendam cintanya pada P Ramlee. Sampai-sampai sang gadis meninggal dunia tak terobatkan. Entah benar entah tidak, rumor itu telah berlalu ditelan masa.

Luar biasa! Sang arjuna dipuja di mana-mana. Ya di Aceh, Sumatera, atau Indonesia seluruhnya, Malaysia, Singapura bahkan sampai ke Thailand dan Filipina, P Ramlee ‘digilai’ banyak orang pada zamannya.

Kendati zaman sekarang telah berubah, P Ramlee tetap hidup sebagai icon budaya di Malaysia yang merantai dalam cakrawala etnik Aceh. Nama asli sang mahabintang ini adalah Teuku Nyak Zakaria. Dalam tubuhnya mengalir darah biru dari tanah Aceh. Ayahnya adalah Teuku Nyak Puteh, pelaut kawakan Aceh yang kemudian bermukim di Pulau Penang, Malaysia.

Di sanalah, Teuku Nyak Puteh ber-kahwin dengan Che Mah. Lalu lahirlah Teuku Nyak Zakaria alias P Ramlee, yang tumbuh menjadi mahabintang pujaan orang di mana-mana. Nama besar itu memang penuh kenangan. Tidak hanya bagi warga Malaysia, tetapi juga setiap kali menyebut P Ramlee, pastilah menggamit Aceh di ruang memori.

Coba menerawanglah ke era 1960-an. Kala itu, film yang dibintangi P Ramlee cukup banyak beredar di Aceh. Yang terkenal adalah Penarik Becha, Bujang Lapuk, Hang Tuah. Lantas ada Semerah Padi, Do-Re-Mi, Musang Berjanggut, dan banyak lagi. Film-film itu selalu diserbu penonton. Asalkan film-film P Ramlee yang diputar, gedung-gedung bioskop di seluruh Aceh waktu itu bagai meledak.

Atau lain hal, bukankah di kisaran 1950-an sampai 1970-an, hampir semua pesawat radio di rumah-rumah penduduk Aceh lebih banyak memantau siaran Malaysia? (orang Aceh masa itu menyebut Radio Malaya). Maka dari radio-radio itu suara P Ramlee berkumandang setiap hari.

Lantas, dari sana lagu-lagu P Ramlee berpindah ke pentas-pentas musik di Aceh. Orkes dan penyanyi lokal yang bisa meniru musik dan gaya suara P Ramlee pasti akan melejit namanya. Sang biduan yang mirip P Ramlee tak pelak akan pula menjadi lirikan wanita.

Ya, begitulah kenangan itu. Namun sekarang, di Indonesia, termasuklah di Aceh, nama P Ramlee agaknya telah mulai dilupakan. Kalangan generasi muda sekarang bahkan ada yang tak mengenal sama sekali P Ramlee. Apalagi dengan surutnya fungsi bioskop sebagai media hiburan, maka film-film Malaya itu memang sudah lama tak diputar di sini. Piringan hitam, kaset tape, atau keping cakram (CD) yang berisi lagu-lagu P Ramlee juga nyaris tak ditemukan lagi di pasaran Indonesia.

Di Malaysia, sepertinya P Ramlee tetap hidup. Kendati telah puluhan tahun meninggalkan dunia, nama artis serba bisa itu tetap dipuja. Televisi dan radio Malaysia tetap menjadwalkan tayangan film dan lagu karya-karya P Ramlee dalam berbagai acara legendarisnya. Beruntunglah rasanya, PuKAT menggagas acara “kenang-rindu P Ramlee” kemarin. Timbul minat orang untuk mengenal P Ramlee lebih jauh.

Apalagi, ketika guru musik Moritza yang dikenal dengan julukan Momo, hadir di akhir acara. Dia pun membuktikan kepakarannya dengan melantunkan sebuah lagu, yang pernah dinyanyikan P Ramlee. Dengan itu, timbul pula gagasan membuat suatu acara khusus dengan mengetengahkan lagu-lagu P Ramlee. Tapi belum tahu kapan. (sjk)

Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved