Sajak- Sajak

tarian air dan nada getar bumi menyatu dengan tangis dan gelak tertawa air menari-nari di antara jemari

Editor: hasyim

Hasbi Burman

Tarian Air

 tarian air dan nada getar bumi

menyatu dengan tangis dan gelak tertawa

air menari-nari di antara jemari

pucuk musim asia

jadi gulungan ombak

digelar oleh gempa

ahai manusia manusia

ada yang kehilangan sebuah purnama

ada pula yang kedatangan takhta

wahai penguasa

kau lihat apa itu maknanya

gulungan ombak dan gempa

ada warkah warkah tertentu wangian sorga

ada pula jeritan sia sia

diujung semua makna

titik getar porak poranda

bulan jatuh di sela tahkta

bebatuan tertimbun jelata jelata

Kota Jelatang, 17/12/ 2014

Selamatkan Airmata

 pada titik gelombang ada tanda tanda

getaran getaran masa kecil

ada yang akan membahana

tsunami dalam bahasa jepang

tentang gelombang pelabuhan

terasa bukan saja amsterdam

semasa masih laut

orang aceh meunyebutnya "ie beuna"

kata nenek kakekku

kurun demi kurun tetap ada

kini kita peringati tiap tiba sejarahnya

ada dukapanjang menguras habis airmata

ada yang tergelak bersama punggawa

di atas genangan airmata

di atas karpet merah memanjang

asap dupa

kita tahu semua

tsunami yang tercinta

sebelum ada lagi senyum

dan tangis manusia

kuharap tuhan ambil mengerti tentang ini semua

tentang asap dupa merayap

di karpet merah saga

selamatkan airmata airmata

8/ 12/ 2014

 * Hasbi Burman, presiden Rex. Kelahiran Lhok Buya, Calang.

LK Ara

 Kukenang Kembali

 sendiri

kukenang kembali
laut yang sunyi
dulu membahana
menjemput nyawa

sendiri
kukenang kembali
dalam sunyi
hiruk pikuk
...langit bagaikan runtuh
dan gelombang suara
yang meng-aduh

sendiri
di pantai tepi
melihat laut senyap
ya Rab
temani hamba Mu

Banda Aceh, 24/12/12

 * LK Ara, penyair asal dataran tinggi Gayo

 

 Deddy Firtana Iman

 Tanah dan Batu

 adalah unsur tubuh

diam-diam teramat sunyi

oleh zat penawar rasa ingin tahu

maka dari itu kita hilang penglihatan

dari sudut jendela dengan bau bunga

di sandaran pot bunga kasturi

semakin lama ia pun

bergelombang di ambang pintu

telinga sebelah kiri

serta bebatuan dari langit

mulai merebahkan jari-jarinya

sambil mengejar telapak kaki

di tempat kita sering memenjarakan waktu

untuk tidak merasa bersalah

kita menguburnya dan menyalahi

aturan yang kita sampaikan sendiri

dari telinga ke telinga

2014

Tarian dan Air

 pagi yang cerah tanpa angin

burung-burung pun

telah singgah di tempat terasing

tanpa dahan dan dedaunan

yang jikalau diingat

kemarau telah menyapa bulu

kekuningannya

segala tubuh telah disiapkan

kepada batu dan tanah

serta ingatan tertunda

pada desahan langkah kaki

di persimpangan jalannya

sempat dialiri kapal-kapal ikan

serta teriakan manusia-manusia

turut menyesakkan pikiran

kosong tanpa tujuan

"bermain bersama air

 dan kau mulai menari

 tanpa pakaian dan tariannya

 sulit diartikan dengan irama

 yang sempat kumainkan

 sebelum pintu kamar terkunci

 oleh waktu."

di sini

tarianmu telah dimainkan

oleh anak-anak penunggu hujan

atau sambil bermain bola kaki

untuk sekadar menyatu bersama alam

2014

 * Deddy Firtana Iman, bergiat di Komunitas Kanot Bu. Buku puisinya yang telah terbit Menerka Gerak-gerik Angin (2013)

 Isnu Kembara

 Rindu

 Kukenang bayang bayangnya

mataku memutih kapas

mengendap rinduku

di pucuk peulokan

disana ada wajah sendu

mengeram senja

Labuhan Haji, 2014

 * Isnu Kembara, bermukim di Suak Ribee, Meulaboh.

 Mustiar Ar

Isyarat

 Degup ombak pantaiLhok Aroun

ialah isyarat luka tanah Aceh

tanah air mata syuhada tsunami

seperti lagu miris nelayan pesisir

yang muntahnya ada di dada kita

Ketika aku berdiri disini

kuusap dadamu penuh luka

Pasie Karam,14/ 08/ 2014

 * Mustiar Ar, tinggal di Suak Indrapuri, Meulaboh.

 Pilo Poly

 Pembicaraan Terakhir Kita

(Ahmad)

 Tersebutlah engkau: lidah api yang mencari air.

Lelah panas menerabas tubuh waktu. Kendatipun terbakar,

kita takdir yang tak mudah terbang

umpama seekor burung pulang ke sarangnya.

“Aku adalah pohon yang

didatangi kabar duka,  mobil mengapung dalam mata,

dan debu-debu menempel di tubuh keheningan.

Juga angin, yang sibuk merapal banyak doa.”

Tegaklah. Seperti aku memuja

kehidupam dan kematian.

Teluh yang diterbangkan dari negeri jauh,

telah rupanya menghancurkan segenap kota.

Tapi demi apapun, kita adalah dua firman

yang lahir untuk mengukur, sejauh mana

sanggup menakar kepergian, yang di bawa

dengan arak-arak dahsyat gelombang

  

 Memoar Desember

(Susan)

 seandainya di dadaku penuh ombak

kau pasti akan mendengar deburnya

sambil menerka sejauh mana

aku sudah menyelinapkan sunyi

tanpa ada yang bisa membacanya

Aku masih di sini mengkhawartirkan rindu

yang kadang datang membawa namamu

 

tapi hendak kemana kusimpan rahasia ini

kau telah damai dengan bau laut

dan aku sudah lelah menunggu gelombang surut

berharap kau kembali menceritakan Ule Lheu kita

namun desember itu menenggelamkan segalanya

ah, kau, laut,

gerak yang tak pernah sanggup ingin kulupa

*Pilo Poly adalah nama pena dari Saifullah S. Buku puisinya yang telah terbit Yusin dan Tenggelamnya Keadilan (2014).

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved