Serambi MIHRAB

Tak Mengandung Magis, Pelaris atau Pemanis

Pengusaha batu permata, Ir Muhammad Usman mengatakan di dalam batu tersebut yang pasti tidak mengandung

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Tak Mengandung Magis, Pelaris atau Pemanis
Seorang warga memperlihatkan Batu Giok Aceh jenis Radar Besi yang ditemukan di kawasan pegunungan Singgah Mata di Kecamatan Beutong, Nagan Raya, Selasa (18/3). SERAMBI/DEDI ISKANDAR

BANDA ACEH - Pengusaha batu permata, Ir Muhammad Usman mengatakan di dalam batu tersebut yang pasti tidak mengandung hal-hal magis, pelaris, maupun pemanis. “Itu merupakan syirik, dosa besar yang tidak diampuni oleh Allah selama kita tidak bertaubat. Apabila meyakini di batu tersebut mengandung hal-hal tersebut, dan apabila bertaubat dan tidak mengulanginya lagi insya Allah diampuni,” ujarnya yang akrab disapa Abu Usman yang dihubungi Serambi, Rabu (28/1).

Ia menambahkan selama 30 tahun menekuni dan mengoleksi berbagai jenis batu ini, tidak pernah didapatkannya hal-hal yang beredar di masyarakat dan mengarah ke perbuatan syirik tersebut. “Seandainya ada, tentunya saya sudah bisa terbang-terbang. Tapi kenyataannya saat ini dihembus sama angin saja bisa jatuh kita kan,” ujarnya.

Menurutnya, batu itu hanya untuk melihat seni dan keindahan yang terdapat pada sebuah batu tersebut, seperti keindahan warna, kilauan, giwang, dan kebersihan.

Saat ditanya pendapatnya tentang informasi yang berkembang di masyarakat tentang manfaat batu-batu tersebut, antaranya meringankan azab kubur, ringan di padang mahsyar, dan akan memperoleh kekayaan. “Na’udzubillah itu syirik akbar. Batu itu hanya untuk keindahan saja,” tegas Abu Usman yang sering kali menjuarai perlombaan batu indocres tingkat nasional.

Selain itu, menurutnya dengan kegandrungan masyarakat Aceh pada batu dapat memberikan dampak yang baik untuk Aceh, seperti meningkatnya perekonomian masyarakat melalui usaha menggosok batu. “Uang dari orang-orang besar di Aceh juga mengalir ke orang-orang bawah dengan dia membeli batu tersebut. Kemudian juga dapat memancing para wisatawan datang ke Aceh, menginap di hotel, naik becak, maka ini juga membantu perekonomian masyarakat Aceh. Sehingga terbangun iklim investasi di Aceh,” tambah Abu Usman.

Namun tambahnya lagi, batu tersebut dimungkinkan untuk terapi kesehatan yang dikaji terlebih dahulu melalui penelitian secara teknologi. Yaitu dengan menggunakannya langsung bersentuhan dengan kulit sebagai terapi kesehatan.

“Kalo untuk kesehatan dimungkinkan, kalo ada penelitian. Batu ini keindahan, apabila dengan melihat yang indah-indah kan bisa menghibur hati dan pikiran kita. Maka itu baik untuk kesehatan pikiran, jantung, hati. Selain itu juga menyambung silaturrahmi karena semua kalangan bergabung karena batu itu,” demikian Abu Usman. (una)

Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved