Serambi MIHRAB

Jebakan Kebebasan

KEBEBASAN adalah keinginan semua orang baik secara individu ataupun atas nama bangsa dan negara

Editor: bakri

Oleh Dr. Rita Khathir, S.TP., M.Sc, Dosen/Pengasuh Mata Kuliah Teknik Pascapanen dan Pendidikan Agama Fakultas Pertanian Unsyiah.

KEBEBASAN adalah keinginan semua orang baik secara individu ataupun atas nama bangsa dan negara. Semua orang ingin bebas dan lepas tanpa kungkungan dan peraturan. Kadangkala agama pun dirasakan sebagai sebuah tirani yang membelenggu kemanusiaannya. Banyak dari kita yang kemudian ingin melepaskan diri darinya. Fenomena ini semakin kentara dengan pergaulan internasional yang membuat banyak orang terlupa dengan jati diri awalnya. Ada juga yang antusias ingin mengkaji agama lain sebagai cause effect dari perasaannya itu untuk menemukan sesuatu yang lebih pas dengan keinginannya (nafsu). Keinginan ini sering memang akan mendominasi akal sehat, banyak yang tidak mampu mengontrolnya.

Musuh kehidupan manusia terbagi dua kategori, pertama adalah musuh dari dalam diri yaitu nafsu, dan kedua adalah musuh eksternal yaitu syaithan dan orang kafir harbi (golongan yang menampakkan permusuhan terhadap Islam). Namun tidak semua orang kafir adalah musuh. Dua golongan kafir yang lain yaitu orang kafir yang memiliki perjanjian dengan kaum muslimin (ahlu al-‘ahd) dan orang kafir yang hidup bersama-sama dalam Negara orang Islam (ahli dzimmah) merupakan golongan yang harus dihormati. Agama sebenarnya adalah karunia dari Allah untuk mengawal kehidupan manusia dari musuh-musuh tersebut tanpa menghilangkan kemerdekaan dirinya. Agama juga berfungsi untuk menstandarkan kehidupan kita sehingga semua orang berpotensi untuk mencapai prestasi paripurna (insan kamil).

Kemerdekaan
Awalnya kebebasan dianggap sebagai kemerdekaan (freedom), pintu menuju kebahagiaan. Contohnya, (1) wanita yang menginginkan kebebasan lalu tidak mau menikah karena takut menjadi bawahan suaminya, (2) anak-anak ingin terbebas dari pengawasan orang tua dan gurunya, (3) pengguna jalan raya juga ingin bebas dari peraturan lalu lintas sehingga bisa berjalan sesuka hati tanpa terikat dengan rambu-rambu, dan (4) keengganan wanita muslim untuk menutup aurat sebagaimana diperintahkan Allah Swt (QS. Al-Ahzab: 59).

Saya turut merasakan tentang keengganan sebagian kaum saya untuk berbusana muslimah dengan baik. Banyak yang masih meragukan konsep busana muslimah ini, lalu menggunakan berbagai cara untuk menemukan argumen sehingga dapat meringankan keberatan yang melandanya. Namun pada akhirnya kebebasan pun kehilangan hakikatnya ketika pada lintas aspek kehidupan akal manusia tidak mampu lagi menatanya dengan baik. Kita terjebak dengan kebebasan itu.

Banyak masalah baru muncul sebagai akibat dari kebebasan tanpa batas. Misalnya dengan kasus pertama yang melanda, akan timbul dampak psikologis terhadap pelakunya, serta dampak defisit demografi kepada negaranya. Pada kasus kedua, proses pendidikan anak-anak yang berkarakter terancam gagal total terlebih ketika pengaruh eksternal secara online menyerang begitu dahsyat. Banyak orang tua yang saya temui di Jerman mengakui adanya kecemasan dan kesedihan karena tidak mampu mendidik anak-anak yang mereka lahirkan dan besarkan sendiri, ketika Negara memberikan hak azasi kepada anak-anak, dan pada saat yang sama hak orang tuanya tergadaikan.

Kasus ketiga juga sangat berbahaya karena akan menimbulkan kemacetan, dan bahkan kecelakaan yang dapat merenggut korban nyawa. Adapun kasus keempat telah menyebabkan banyak kasus kanker kulit, juga melahirkan beberapa kasus pelecehan dan kejahatan seksual dalam keluarga ataupun masyarakat. Kita lupa tentang fungsi pakaian untuk tubuh kita dengan mengindahkan syariat menutup aurat.

Dalam satu excursion ke Mexico (2009), saya menjadi satu-satunya orang Asia di antara 20 orang mahasiswa asal Eropa dan Amerika Latin. Saya mulai berkenalan dengan teman-teman tersebut dalam kuliah persiapan keberangkatan kami ke Mexico. Salah seorang teman, Nora Honsdorf, berkomentar terhadap busana muslimah: Rita, di sini Jerman memang dingin jadi cocok untuk kamu berpakaian begitu, tetapi menurut saya tidak di Mexico”. Saya hanya tersenyum, tidak mampu memberikan jawaban selain bahwa panasnya dunia tidak seberapa bila dibandingkan dengan panas neraka. Ah, sebuah jawaban tak berarti untuk para atheis. Begitu kami mendarat di Aiport Mexico, spontan saja teman-teman sudah berpakaian u can see, serba pendek dan tipis.

Tampak bahwa mereka merasakan kebebasan dari hawa dingin, mereka sangat bahagia. Namun hal itu terjadi hanya beberapa saat, pada jam-jam selanjutnya mereka kegerahan, menghabiskan berbotol-botol lotion untuk melindungi kulit mereka. Suatu hari kami mengunjungi kawasan gurun untuk melihat perkebunan lidah buaya (organic aloe vera farm). Suasana begitu panas sehingga beberapa menggunakan payung dan mengibarkan kain shall untuk menutupi kepala dan badan mereka. Saat itu saya tersenyum pada Nora, menghampirinya dan membantu memasangkan shall menjadi sebuah jilbab dengan salah satu bros dari jilbab saya. Dia tampak anggun sekali, saya berbisik, inilah manfaat pakaian bagi manusia, dan lihatlah betapa fleksibelnya Rita yang tidak perlukan lotion-lotion itu. Tatapan matanya kini penuh dengan pengertian dan penghormatan tentang cara saya berpakaian. Terima kasih ya Allah.

Berkarakter mulia
Kehidupan yang teratur dapat dicapai melalu sistem kepemimpinan. Seseorang menjadi berkarakter mulia karena mampu memimpin anggota tubuhnya seperti mata, telinga, tangan, kaki, dan hidungnya. Rasulullah saw bersabda: “Kullukum ra’in wa kullukum mas-ulun 'an ra’iyyatihi” (Muttafaqun 'alaihi). Pelajaran pertama dan rutin tentang kepemimpinan kita dapatkan dalam ibadah shalat, terutama shalat berjamaah. Tidak mungkin kita bisa shalat dengan begitu rapi dan serentak gerakannya tanpa adanya imam yang memberikan signal (komando). Tidak mungkin sebuah rumah tangga berjalan dengan baik tanpa pimpinan suami. Tidak mungkin pula anak-anak menjadi berkarakter tanpa kepemimpinan orang tua dan gurunya. Tidak mungkin lalulintas jalan raya berjalan dengan tertib tanpa ada rambu-rambunya.

Nah kebebasan tanpa batas yang diperjuangkan tentunya melanggar kaidah kepemimpinan itu sendiri. Tidak mungkin manusia hidup bebas tanpa aturan, karena makna hakikat kemerdekaan adalah kehidupan dengan kepemimpinan yang baik, dengan peraturan yang terbaik. Mari kita renungi lirik berikut, bahwa kehidupan kita membutuhkan peraturan standar yang bersifat universal, meyakinkan diri bahwa kita butuh kemerdekaan yang hakiki itu, dan Islam agama kita adalah solusi untuk kebutuhan itu. (email: rkhathir79@gmail.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved