Cakrawala

Rehab-Rekon Pascabencana Jangan Menimbulkan Masalah Lain

Dia yang saat dihubungi sedang dalam perjalanan ke Aceh Barat mengatakan, akibat hujan yang terus-menerus itu menyebabkan tiga kecamatan..

Editor: Jalimin
SERAMBI/DEDI ISKANDAR
Mobil melintasi genangan banjir setinggi 80 cm-1 meter di lintasan Meulaboh-Geumpang di kawasan Alue Tampak, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Sabtu (18/4). Akibat musibah ini, menyebabkan 4.000 jiwa warga di empat kecamatan terpaksa mengungsi akibat meluapnya air sungai di wilayah ini . 

Laporan Eddy Fitriady | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kepala BPBA Aceh, Said Rasul mengatakan pentingnya rehab-rekon pascabencana agar tak menimbulkan masalah yang lebih besar di kemudian hari. “Seperti lereng gunung yang longsor, jika tidak dibendung segera, akan lebih besar risikonya,” ujarnya, Senin (20/4/2015) via telepon.

Dia yang saat dihubungi sedang dalam perjalanan ke Aceh Barat mengatakan, akibat hujan yang terus-menerus itu menyebabkan tiga kecamatan di Aceh Barat terendam banjir. “Kecamatan Woyla, Kaway XVI, bahkan Kecamatan Pante Ceureumen biasanya tak separah ini,” ujarnya.

Said menambahkan, untuk menjangkau kawasan itu harus menggunakan transportasi air. “karena jalan terputus, kita harus menggunakan sampan untuk mengjangkau lokasi,” ujar dia. Menurutnya, koordinasi semua elemen seperti BPBD, Dinsos, TNI dan Polri harus dilakukan secara terpadu agar penanganan bencana dapat dilakukan dengan baik.

Dalam Program Cakrawala yang berlangsung selama 1 jam itu, tim mengupas Salam Serambi edisi Senin, 20 April 2015 yang bertajuk “Waspadailah Banjir dan Tanah Longsor”. Program yang dikemas secara interaktif itu dipandu Host Nico Firza dan menghadirkan Redaktur Pelaksana Serambi Indonesia, Yarmen Dinamika.

Yarmen mengatakan, sudah tiga hari berturut-turut Serambi Indonesia mengangkat topik hujan mengindikasikan kompleksnya masalah ini. “Dalam musim kemarau aja dampaknya sudah seperti ini, apalagi pas musim hujan nanti,” ujarnya, Senin (20/4/2015). Seperti diketahui, musim hujan sudah berakhir pada Februari lalu, dan seharusnya sekarang Aceh telah memasuki musim kemarau, kata dia.

Laju deforestasi yang tak terbendung, tambah Yarmen, menjadikan masalah ini semakin kaya dan tak terselesaikan. “Sudah mengundang bencana, memanennya di luar jadwal lagi,” imbuhnya.

Yarmen menambahkan, bencana banjir ini segera dicarikan solusinya mengingat musim hujan tak lagi beraturan. “Sehingga lokasi banjir seperti tempat wisata saja, pejabat dan wakil rakyat datang berbondong-bondong ke lokasi tanpa solusi,” tandasnya. (*)

Tags
banjir
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved