Rezeki Halal Sumber Kebahagiaan Abadi
Rezeki merupakan suatu yang telah dijamin oleh Allah Swt kepada seluruh makhluknya, termasuk manusia dalam kehidupan
BANDA ACEH - Rezeki merupakan suatu yang telah dijamin oleh Allah Swt kepada seluruh makhluknya, termasuk manusia dalam kehidupan di dunia ini. Hanya saja, tinggal pada diri manusia saja mau memilih rezeki yang halal atau haram. Rezeki yang diperoleh dengan cara yang halal tentunya akan menjadi sumber kebahagiaan abadi. Sebaliknya rezeki yang haram akan membawa dampak buruk dalam kehidupan di dunia dan kesengsaraan di akhirat kelak.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Rabithah Thaliban Aceh (RTA), Tgk Imran Abubakar MSi saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (6/5) malam. Pengajian tersebut mengangkat tema “Hubungan pekerja dan atasan dalam Islam”.
Dia menjelaskan, selama ini ada ungkapan “mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal”. Ungkapan ini seolah telah menjadi pembenar untuk mencari harta dengan cara-cara yang tidak halal. Dalam urusan mencari rezeki, hanya sedikit yang mau peduli dengan rambu-rambu syariat.
Rasulullah saw menggambarkan perilaku semacam ini dalam satu hadisnya: “Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram.” (HR. Bukhari).
Menurut alumnus Dayah MUDI Mesra Samalanga dan Jeumala Amal Lueng Putu itu, keberkahan akan sulit kita peroleh bila cara kita dalam mencari rezeki dengan mendhalimi atau merugikan orang lain. Berbagai praktik riba, penipuan, dan mengambil barang orang lain tanpa hak, itu adalah cara-cara yang mendhalimi oang lain. “Allah Swt melarang keras pada kaum muslimin agar tidak menempuh cara ini,” kata Tgk Imran Abubakar.
Lebih lanjut, kandidat Doktor Fiqh Modern UIN Ar-Raniry itu mengatakan, dalam mendapatkan rezeki yang halal dan diridhai Allah, para pekerja/karyawan, tentu telah mendapatkan gaji sesuai ketentuan yang berlaku di tempat bekerjanya. “Jangan sampai tergoda untuk berbuat tidak jujur, seperti melakukan korupsi, suap-menyuap, manipulasi data, dan sebagainya,” ujarnya mengingatkan.
Sementara bagi atasan, juga harus bisa berlaku jujur dan adil terhadap pekerjanya. Atasan yang mengurangi hak-hak buruhnya, pada hakikatnya sedang mempersiapkan lubang neraka bagi dirinya sendiri. “Islam adalah agama yang memberikan apresiasi dan kemenangan kepada orang-orang yang memberi perhatian terhadap orang-orang lemah, pekerja kecil, orang miskin, dan para budak,” katanya.
Mengakhiri tausiyah dan nasihatnya dalam pengajian rutin yang dihadiri para anggota KWPSI itu, Tgk imran Abubakar mengutip surat Al-Muddatsir dan Al-Balad menyebutkan: “Seorang buruh dapat masuk surga, karena baik dalam melaksanakan pekerjaannya. Begitu juga seorang majikan dapat masuk neraka karena mengurangi hak-hak pekerja.” (mz)