TTG Nasional XVII

Membuat Es Batu dari Mesin AC

Sebuah mesin penyejuk udara yang banyak digunakan di rumah-rumah atau perkantoran

Editor: bakri
WARGA melihat mesin es mini inovasi baru yang dipamerkan pada PIN dan Gelar TTG tingkat Nasional 2015 di Kompleks Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh. Foto direkam Jumat (9/10).SERAMBI/YOCERIZAL 

SIAPA yang tidak tahu AC? Sebuah mesin penyejuk udara yang banyak digunakan di rumah-rumah atau perkantoran. Ternyata, selain menyejukkan ruangan, AC juga bisa digunakan untuk membuas es batu, yang bahkan jauh lebih efesien dan ekonomis ketimbang menggunakan kulkas atau freezer.

Inovasi tersebut merupakan salah satu produk yang ikut dipamerkan pada Arena Pekan Inovasi Perkembangan (PIN) dan Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Nasional 2015 di Kompleks Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh. Produk ini merupakan hasil kerja sebuah tim kecil asal Pasar Peunayong, Banda Aceh. Mereka terdiri dari Subagiyo, Budi Haryanto, dan Denny Saputra.

Menurut Denny yang dijumpai Serambi di Hall Lima Gelar TTG, Sabtu (9/10 malam, mesin es mini ini terdiri dari beberapa bagian utama, meliputi ice box (kotak es) berdimensi 0,7x1,5x1 meter, 1 unit AC 2 PK, evaporator, dan kincir. Box tersebut dikatakannya bisa menampung 150 batang es dalam sekali proses, dengan kecepatan beku sekitar 3-4 jam.

“Bandingkan dengan freezer. Untuk es sebanyak itu butuh setidaknya 10 freezer. Waktu pembekuannya juga lebih lama, 12 hingga 15 jam,” tutur Denny.

Cepatnya proses pembekuan es itu karena mekanisme pembekuannya mengggunakan kombinasi udara dingin dengan larutan garam. AC tersebut, ungkap Denny, sudah dimodifikasi hingga mampu mengeluarkan udara dengan temperatur minus. Refrigerant (media pendingin) yang digunakan adalah Musi Cool 22 produksi Pertamina yang ramah lingkungan.

Udara tersebut kemudian dialirkan ke dalam box melalui evaporator. Untuk menjaga temperatur beku, digunakan larutan garam dengan derajat keasaman (ph) di atas 25, jauh diatas ph air laut yang berkisar antara 7,4 hingga 8,3. Sementara, untuk mempercepat proses pembekuan, digunakan kincir yang akan membuat larutan garam terus bergerak merata ke seluruh permukaan es.

Dengan metode ini, temperatur turun hingga minus 25 derajat celcius. “Larutan garam ini yang kita jadikan sebagai media untuk merendam air bakal es. Dengan demikian waktu pembekuannya menjadi lebih cepat. 1 bungkus air ukuran 1 kg bisa beku hanya dalam waktu 10 menit. Dalam sehari, mesin ini bisa memproduksi hingga 750 bungkus es,” jelas Denny.

Biaya operasionalnya juga relatif lebih murah. Biaya listrik yang digunakan hanya Rp 20.000 per hari, mengingat mesin yang digunakan hanya berupa 1 unit AC berkapasitas 2 PK. “Dengan freezer, kalau 10 unit yang digunakan, itu listriknya bisa sampai Rp 3 hingga 4 jutaan per bulan,” sebutnya.

Denny mengaku sudah mengaplikasikan mesin es mini tersebut. Ia menjual es kepada para pedagang di Pasar Peunayong, dengan harga Rp 1.000 per bungkus. Dalam sehari ia bisa menjual 300 sampai 400 bungkus es. “Itu saya menjualnya sambil lalu saja, pedagang datang sendiri ke toko saya. Sebenarnya saya bisa jual lebih murah, tetapi pasar bisa terganggu,” imbuhnya.

Denny menceritakan, pekerjaan membuat es menggunakan mesin AC ini sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2007 lalu, hanya saja mesin yang digunakan berkapasitas besar atau skala pabrik, sehingga biaya pembuatannya juga cukup mahal.

Beberapa di antaranya adalah pabrik es di Lhoong, Aceh Besar, dengan kapasitas 1,5 ton, pabrik es di Pidie Jaya berkapasitas 8 ton, pabrik es di Ketapang, Banda Aceh, dengan kapasitas 6 ton, pabrik es di Tapak Tuan dan Lambada Lhok, Aceh Besar, dengan kapasitas masing-masing 5 dan 6,5 ton. Semua pabrik es tersebut memproduksi es balok untuk keperluan nelayan dan pedagang ikan.

Januari 2015, konsep mesin es tersebut dipamerkannya pada gelar TTG yang berlangsung di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kuningan, Jakarta Selatan. Alhamdulillah, mesin es mini karya Denny dan kawan-kawan berhasil merebut juara pertama dan mendapat penghargaan langsung dari Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.

Pihak panitia menilai, mesin es tersebut tidak hanya hemat energi, tetapi juga ramah lingkungan, biaya operasional lebih murah, mudah dalam hal perawatan, dan sparepart yang juga mudah didapat.

Baru pada Agustus tahun 2015, atas saran mantan Panglima GAM Wilayah Batee Iliek, Husaini M Amin (Tgk Batee), Denny dan tim berusaha merancang mesin es skala mini yang cocok digunakan oleh usaha kecil rumahan dan koperasi.

“Kemasannya kita perbaiki lagi. Sebab itu kita gunakan alumunium composite. Hasil perbaikan inilah yang kami bawa ke arena TTG kali ini,” ujar Denny. Ia berharap, inovasinya itu bisa bermanfaat dalam upaya mendongkrak usaha kecil di Indonesia, dan Aceh khususnya.(yos)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved