Ingat Kampung, Makan di Warung Nusantara Istanbul
Kota Istanbul merupakan warisan sejarah masa Kesultanan Ottoman. Kota tua di kawasan ini jelas menandakan Istanbul itu gemilang di masa lalu.
Penulis: Amirullah | Editor: Yusmadi
Laporan Arif Ramdan | Turki
SERAMBINEWS.COM, ISTANBUL -- Istanbul, kota terpadat di Turki bagian Eropa. Jalanan macet jika masanya pulang para pekerja, apalagi hari Jumat persis seperti Jakarta.
Kota Istanbul merupakan warisan sejarah masa Kesultanan Ottoman. Kota tua di kawasan ini jelas menandakan Istanbul itu gemilang di masa lalu.
Orang-orang sibuk, perniagaan ramai, wisata kulinernya juga banyak pilihan. Namun, agak sedikit kaget jika tak terbiasa dengan cara dan menu makan orang-orang Turki.
Tiga hari di Kota Tua Istanbul (Istanbul Old City) urusan makan belum bertemu selera. Setiap jam makan, hanya ketemu menu pembuka semangkok sup dan irisan sayuran seperti wortel, lobak, mentimun, daun sawi, dan roti.
Syukur ketika dapat sedikit nasi yang teksturnya agak keras, tidak seperti nasinya orang Indonesia. Orang Turki, tentunya kawasan Eropa secara umum memang punya cara dan gaya makan seperti itu.
Menu pembuka itu hanyalah awal santapan makan setiap harinya. Ada menu utama ikan, daging, dan ayam. Di penutup, ada aneka buah-buahan segar.
Tapi, saat ada hidangan lemon atau sejenis jerum warna merah, asamnya keterlaluan lebih dekat ke rasa pahit ketimbang manis.
Cuaca dingin cocok dengan gaya makan serba sup, daging, dan sayuran. Bagi orang Indonesia yang pertama kali Turki pasti akan kebingungan dengan menu seperti itu. Makan gak enak, gak dimakan lapar tentunya.
Tapi, jangan khawatir di Merkezefendi, Istanbul ada Warung Nusantara Indonesia (WNI). Restoran ini menyajikan makanan khas Indonesia dari soto bandung, sate maadura, nasi ala padang, nasi goreng masakan lain khas Indonesia.
Sambal terasi di Warung Nusantara patut dicoba, rasa kangen kampung halaman bisa diobati di warung ini.
Meily Aristia Ozdemir, warga Pontianak, Kalimantan Barat yang mengelola warung tersebut. Bersama suaminya, Seyhmus Ozdemir, asli Turki, Meily menyajikan masakan Indonesia seperti rasa aslinya di tanah air.
Dibantu sejumlah mahasiswa Indonesia, Meily berbagi cerita tentang Turki, khususnya kawasan Istanbul. Ia bertemu Ozdemir saat di Jakarta. Meily pernah menjadi relawan kesehatan semasa awal tsunami dan bertugas di Rumah Sakit Zainal Abidin (RSUDZA), Banda Aceh.
Vivi Violina, mahasiswa Aceh yang biasa makan di Warung Nusantara mengaku biasa memanjakan lidah dan perut yang keroncongan di warung itu. Jumat (27/11/2015) Vivi yang kuliah di jurusan Bahasa Turki menginformasikan ada sekitar 150 mahasiswa Aceh di Istanbul.
Menurut nya, Warung Nusantara tempat makan cukup dikenal oleh mahasiswa Indonesia.
Jumat malam, ia terlihat memesan nasi goreng dan teh dingin, persis seperti kebiasaan orang Indonesia saat menikmati nasi goreng.
Warga Indonesia lainnya, dari Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi, dan dari Palu terlihat menikmati makan malam full menu Indonesia.
Tamtu, salah seorang pramusaji asal Solo yang juga kuliah di Universitas Kocali Istanbul, berbagi pengalaman menjadi bagian dari masyarakat Turki. ia yang mahir berbahasa Turki dengan sigap menjawab setiap pertanyaan tamu yang makan malam itu.
Lihat Jawanya masih kental, tapi saat berbicara dengan orang Turki, Tamtu tak terlihat lagi sebagai warga Solo. Bahasa Turkinya sudah sangat fasih terdengar.
Hidangan makan malam di Warung Nusantara, begitu spesial. Beberapa diantaranya menambah porsi makan.
"Baru enak nih perut malam ini," kata Fauzi warga Tangerang yang sedang mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Turki.
Jumat malam itu, serasa bukan di Turki, tetapi seperti di warung- warung nasi di Jakarta atau di Bandung.
Baru sadar kembali, saat keluar dari rumah makan di luar orang-orang berpostur tinggi, wanita berjilbab rapih dengan gaya busana khas Eropa bermantel lalu lalang di jalanan kota. (*)