Opini
‘Buya Krueng Teudong-dong’
ACEH mempunyai sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Beberapa perusahaan besar yang mengelola SDA di Aceh
Oleh Lailatussaadah
ACEH mempunyai sumber daya alam (SDA) yang melimpah. Beberapa perusahaan besar yang mengelola SDA di Aceh di antaranya PT Arun LNG, PT Exxon MOI, PT KKA, PT AAF, PT PIM, PT Lhoong Setia Mining (LSM), PT SAI dan lain sebagainya. Sekarang hadir pula pabrik semen Laweung Pidie serta rencana pembangunan pabrik semen Tripa Semen Aceh (TSA) di Tamiang yang tentu saja membawa berkah bagi pendapatan daerah, negara serta masyarakat sekitar sebagai imbas dari investasi besar-besaran di Aceh saat ini. Untuk mendukung investasi sektor fisik dibutuhkan hasil dari investasi sektor manusia (human invesment) atau SDM yang mempuni sebagai pengelola SDA yang melimpah.
Gubernur Zaini Abdullah selalu mendukung setiap rencana investasi yang dilakukan di Aceh (Serambi, 23/3/2016). Investasi di sektor fisik seperti halnya pabrik semen Laweung yang mampu menampung 3.000 karyawan patut disambut antusias. Namun persoalannya, apakah keberadaan perusahaan tersebut dapat menyerap SDM Aceh sebagaimana harapan masyarakat di sekitar pabrik?
Tidak diragukan lagi, secara kuantitas SDM Aceh sudah sangat memadai. Pernyataan Teuku Irwan Djohan benar. “Saat ini setiap tahunnya ribuan sarjana lulus dari berbagai universitas yang ada di Aceh. Jika pemerintah tidak mampu meningkatkan jumlah lapangan kerja, ini bisa berbahaya. Karena akan banyak sekali pengangguran intelektual di Banda Aceh.” (Serambi, 19/11/2015).
Oleh sebab itu, kehadiran pabrik-pabrik itu sejatinya dapat menjadi moment pengurangan pengangguran, terlebih lagi pengangguran intelektual di Aceh. Putra putri Aceh harus menjadi bagian penting di dalamnya.
Peningkatan jumlah tenaga terdidik di Aceh saat ini juga menjadi kegelisahan Saiful Mahdi dalam opininya Inflasi Sarjana di Aceh (Serambi, 23/5/2016). Kegelisahan ini wajar-wajar saja ketika melihat kuantitas tenaga terdidik tidak seimbang dengan jumlah mereka yang tertampung pada investasi yang sudah dan sedang dilakukan di sektor fisik.
Kekuatan SDM
Untuk mengurangi pengangguran intelektual sangat ditentukan oleh kekuatan yang dimiliki oleh sumber daya manusia (SDM) itu sendiri. Kekuatan SDM ditentukan oleh dua faktor: Pertama, secara kuantitatif. Indonesia sedang mengalami bonus demografi yaitu bonus yang sedang dinikmati oleh Indonesia akibat besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun).
Dan, kedua, secara kualitatif. Setiap SDM mencakup berbagai potensi, antara lain pikiran (ide), pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta soft skill yang memberi pengaruh terhadap kapasitas manusia untuk melaksanakan pekerjaan yang produktif.
Agar putra putri Aceh dapat menempati berbagai posisi di perusahan berpelat merah seperti pabrik semen Laweung, mereka harus mempunyai ide-ide yang brilian dan pengetahuan yang cukup. Ide brilian dan pengetahuan yang cukup biasanya merupakan hasil dari pendidikan. Oleh sebab itu, putra-putri Aceh seharusnya memperoleh pendidikan yang sesuai dengan potensi tanoh indatu, agar mereka dapat ikut serta dalam pembangunan daerahnya.
Sementara itu, etika merupakan tuntutan paling penting yang harus dimiliki oleh SDM. Etika profetik yang tercermin dalam sifat-sifat yang wajib bagi nabi seperti siddiq, amanah, tabligh, dan fatanah merupakan barometer penting yang harus diterapkan dalam kehidupan sosial, termasuk dalam dunia kerja.
Tanpa sifat-sifat tersebut ide yang cemerlang, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tidak akan sempurna. Selanjutnya keterampilan yang harus dimiliki adalah kelebihan atau kecakapan dalam menggunakan akal, pikiran, ide dan kreativitasnya dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu sehingga mempunyai nilai dari pekerjaannya.
Selain kecerdasan intelektual, sikap dan keterampilan SDM harus memiliki soft skill agar dapat mengahadapi hidup yang berkualitas, sebagaimana pendapat Mastuki HS: “Soft skills berupa kemampuan intra dan interpersonal seperti kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, inisiatif, kemauan dan motivasi yang tinggi, komitmen, pengambilan keputusan, optimisme menghadapi hidup, pemecahan masalah, integritas diri (personal habits), keramahan (friendliness, hospitality, sociability), dan sebagainya. Dan ternyata modal sukses di lapangan pekerjaan, kompetensi akademik (teknis, hard skills) hanya menyumbang 20%, sementara kompetensi non akademik (soft skills) menentukan hingga 80%”.
Dengan demikian SDM Aceh agar menjadi SDM yang berkualitas harus memiliki kelima indikator tersebut supaya dapat mengisi berbagai posisi pada pabrik-pabrik yang beroperasi di Aceh. Sehingga harapan Saiful Mahdi dan tentunya itu juga harapan kita semua, yaitu kekayaan sumber daya alam (SDA) Aceh dapat memberi kesejahteraan untuk semua.
Butuh perhatian
Masalah terserapnya SDM Aceh dalam perusahaan berpelat merah yang beroperasi di Aceh butuh perhatian dari berbagai pihak, terutama sekali pihak legislatif dan eksekutif dan juga pihak penyelenggara pendidikan. Sebagaimana tersebut di atas bahwa indikator kualitas SDM adalah mempunyai ide, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan soft skill.
Untuk dapat menciptakan SDM yang berkualitas tersebut dapat dilakukan dengan membuka peluang beasiswa pendidikan bagi putra-putri Aceh dengan syarat-syarat yang lebih diringankan sebagaimana yang dicetuskan oleh anggota DPD-RI Fakhrur Razi. Hal itu juga merupakan harapan para tokoh masyarakat kecamatan Muara Tiga Pidie (Serambi, 16/5/2016).
Pihak-pihak tersebut perlu menyadari bahwa human invesment atau peningkatan kualitas SDM dapat mengurangi pengangguran dan ini merupakan hal yang sangat penting dan genting untuk segera diatasi agar tidak berimbas ke arah negatif. Untuk itu SDM Aceh harus dipersiapkan agar mampu mengelola potensi daerah ini yang melimpah ruah. Membuka lapangan kerja saja tidaklah cukup tanpa dibarengi dengan penguatan SDM.
Boleh jadi setelah lapangan kerja dibuka maka SDM dari luar daerah yang akan mengisi posisi dan lowongan yang ada dan kemudian SDM setempat akan menjadi penonton yang budiman, hal tersebut dapat memicu kecemburuan sosial dan akan berpotensi munculnya konflik baru. Dengan demikian dibutuhkan perhatian serius terhadap peningkatan kualitas SDM agar putra putri Aceh tidak menjadi seperti dalam istilah dalam kearifan lokal Aceh, buya krueng Teudong-dong, buya tamong meuraseuki. Nah!
Lailatussaadah, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh. Email: lailamnur27@gmail.com