Tulis Surat Terbuka Untuk Ibu Dosen Lulusan Jerman di Facebook, Mahasiswi Unimal Dipolisikan
Pada surat terbuka itu, Nanda menyampaikan rasa kecewa karena gagal mengikuti yudisium
“Saya kirim surat hingga empat halaman dan saya minta maaf dan memberikan setangkai mawar. Namun, surat itu dibakar dan di-posting ke media sosial. Sebenarnya bukan masalah personal saya dengan Ibu dosen, tapi persoalan akademik yang bawa ke hukum,” katanya.
“Sebenarnya dekan telah mediasi untuk pertama kali. Dalam mediasi itu, Ibu dosen minta permohonan maaf seperti ucapan selamat selama empat hari berturut-turut. Padahal di status itu, tidak ada saya sebutkan nama dan ciri-ciri fisik dan penyebutan nama Fakultas Fisip dan Ilmu Komunikasi,” tambahnya.
Alasan Ibu Dosen Polisikan Mahasiswinya
Sementara itu, dosen bernama Dwi yang disasar secara satire pada status tersebut, menyebut Nanda tak kooperatif.
Dwi bilang, Nanda sudah yudisium, sehingga tidak ada kaitannya dengan Unimal.
Ia melaporkan Nanda ke Polres Lhokseumawe murni karena persoalan pribadi lantaran ada tulisannya Nanda di Facebook yang menohok dirinya.
"Tolong buat berita berimbang, fakultas juga sudah memediasi. Saya juga mengajak berjumpa dan memberikan waktu satu pekan. Tapi Nanda tidak pernah mau, dan alasannya berubah-ubah," katanya kepada www.tribun-medan.com pada Kamis (20/1/2016).
Ia menuturkan, dalam mediasi, Nanda menolak meminta maaf di Harian Serambi Indonesia karena merusak reputasi dirinya.
"Lantas bagaimana dengan saya yang di-bully, korbannya ? Pernah dia pikir ke situ. Kemarin dia (Nanda) datang ke rumah saya dengan Ibunya dan kakeknya, saya sudah terlalu berat rasa sakit ini," ujarnya.
Dwi mengisahkan, dua hari lalu, Nanda mengirimkan surat dengan kalimat pujian dan sepucuk bunga mawar. Begitupun, Dwi mengaku tetap sulit untuk memaafkannya.
"Kemarin jumpa di Polres, dia melihat saya dengan ekor mata. Padahal dia itu anak didik saya. Saya gagal mendidik dia, sedih rasanya. Ada ribuan mahasiswa saya, tetapi cuma dia (Nanda) yang keterlaluan. Kecuali saya tidak mau jumpa dan bicara, kamu bisa kroscek saya di prodi (program studi). Saya dosen yang selalu siap ditemui mahasiswa," katanya.
"Kejadian ini sangat menganggu psikologis saya sebagai guru, sedih saya, sangat sedih saya. Saya merasa sangat ditohok oleh anak didik saya. Bahkan, ketika saya ingin merangkul dengan sikap lunak saya, dia menepis. Ingat, menunda yudisium bukan membatalkan Nanda jadi sarjana," tambahnya.
Ia bilang, Nanda ditunda yudisium lantaran telat memberikan berkas. Sementara, ada ratusan mahasiswa yang antre mengurus untuk ikut yudisium.
Seharusnya, mahasiswa ikut proses yang ditentukan kampus.
"Kalau dia ingin kritik Unimal, kritik dengan cerdas. Kalau Unimal perlu perbaikan gugat secara perdata, jangan pribadi saya dihina dan di-share ke banyak orang. Jadi, intinya masalah saya dengan Nanda sudah personal, bukan institusi. Unimal sudah yudisium dia sehingga selesai," tandasnya. (tio/tribun-medan.com)