Gempa bumi dalam Perspektif Islam
BENCANA gempabumi dengan kekuatan 6,5 SR pada pukul 05.03 pagi 7 Desember 2016 kembali menghentak kesadaran
Oleh: Alfi Rahman
BENCANA gempabumi dengan kekuatan 6,5 SR pada pukul 05.03 pagi 7 Desember 2016 kembali menghentak kesadaran kita akan masih berjaraknya antara kenyataan di lapangan dengan bagaimana seharusnya kita bertindak dan bersikap saat terjadi bencana. Hal ini ditandai masih besarnya dampak negatif dari bencana gempabumi tersebut.
Kita harus kembali terhenyak saat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data dampak gempabumi tersebut dimana sebanyak 102 orang yang dinyatakan meninggal, lebih dari 600 orang mengalami cedera baik berat maupun ringan.
Sebanyak 11.267 rumah rusak, 108 ruko harus rata dengan tanah, bahkan kita semakin menunduk saat 144 sarana ibadah ikut roboh dan tidak dapat dipergunakan lagi.
Padahal sebentar lagi kita juga akan memasuki masa 12 tahun mengenang kejadian bencana yang amat dahsyat yaitu gempabumi dan tsunami 2004 yang telah menyebabkan lebih dari 200.000 orang meninggal dan hilang.
Saat ini tantangan terberat kita sebagai muslim yang sekaligus hidup di atas patahan-patahan aktif yang sewaktu-waktu dapat berwujud gempabumi yang dahsyat adalah melahirkan inisiatif dan usaha untuk memberikan pengetahuan yang menyelamatkan. Pengetahuan yang berbuah tindakan yang menyelamatkan itu adalah penjumlahan dari segala usaha optimal kita dalam beradaptasi terhadap perubahan berupa bencana dengan menggunakan konteks lokal dan pemahaman tentang bagaimana kita menyerap, serta pulih kembali dari bencana tersebut. Dalam bahasa yang lain pentingnya melahirkan masyarakat tangguh bencana (communityresilience).
Gempabumi dalam Alquran
Lalu seperti apa Islam memandang bencana gempabumi ini? Alquran merupakan sumber prinsip dalam Islam yang dimaknai sebagai ketentuanyang mengatur kehidupan seorang muslim yang bersifat multi-dimensi.
Dalam surat Ar Ra’d ayat 4 Allah Swt telah menjelaskan tentang lempengan plat tektonik ini “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan..”. Ayat ini menjelaskan konsep dasar lempengan tektonik dan proses pergerakan bumi yang baru dapat dipahami oleh para ahli dalam beberapa abad terakhir namun sudah dijelaskan di dalam Alquran lebih dari 1.400 tahun yang lalu.
Di samping itu terdapat ayat-ayat di dalam Alquran yang mengacu pada kejadian gempabumi baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara eksplisit dan langsung Allah mengambarkan fenomena gempabumi pada surat Al Zalzalah ayat 1-8 dan secara tidak langsung terdapat beberapa ayat di dalam surat Ali Imran yang juga menceritakan tentang gempabumi.
Seperti kisah bagaimana kaum Nabi Tsamud (7:78), Kaum Nabi Syuaib (7:91, 29:37), Kaum Nabi Musa (7:155), yang ingkar terhadap pengetahuan yang menyelamatkan (risalah nabi) lalu saat terjadi bencana berupa gempa bumi mereka menjadi binasa. Di dalam surat An-Nahal ayat 26 Allah juga menjelaskan tentang bagaimana fenomena gempa bumi yaitu kejadiannya seketika (unpredictable), disusul dengan hancurnya bangunan yang menimpa dan berdampak kehilangan nyawa (16:26).
* Alfi Rahman adalah Mahasiswa Program Doktor pada Program Human Security, Tohoku University, Jepang dan Peneliti TDMRC Unsyiah. Email: alfi.rahman@gmail.com