Para Ahli Menyebut Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un Orang yang Rasional
Prof Andrei Lankov dari Universitas Kookmin di Seoul mengatakan kepada BBC:"Dia merupakan orang yang sangat rasional.
"Pelajaran yang didapat oleh Korea Utara dari invansi Irakadalah bahwa jika Saddam Hussein benar-benar memiliki senjata pemusnah massal, dia mungkin dapat bertahan."
Pembunuhan terhadap Kim Jong-nam, diduga dilakukan oleh agen intelejen rezim, Prof Lankov mengatakan hal itu mirip dengan Kekaisaran Ottoman, di mana selir sang Sultan memiliki anak yang tidak terhitung jumlahnya, banyak diantara mereka memiliki pertalian darah yang mungkin suatu hari melegitimasi sebuah klaim terhadap tahta.
Prof Lankov berpikir bahwa Kim Jong-nam, merupakan sebuah ancaman, mungkin tidak besar tetapi tetap saja tak dapat dipertahankan:"Mungkin dia tidak berbahaya tetapi Anda tak pernah tahu. Dia benar-benar berasa dalam kontrol Cina."
Prof Delury mengatakan tidak ada yang irasional mengenai Kim Jong-un untuk menghasilkan senjata nuklir yang kredibel:"Dia tidak memiliki sekutu yang terpercaya untuk menjamin keamanan dirinya, dan dia menghadapi kekuatan yang besar yang telah, dalam ingatan terbarunya, melanggar kedaulatan negara-negara di seluruh dunia dan menggulingkan pemerintahan mereka.
"Pelajaran yang didapat oleh Korea Utara dari invansi Irakadalah bahwa jika Saddam Hussein benar-benar memiliki senjata pemusnah massal, dia mungkin dapat bertahan."
Dapatkah keinginan Kim Jong-un untuk meningkatkan kapabilitas senjata nuklirnya, mengamankan masa depan rezimnya?
Ditambah dengan pelajaran dari Libya, menurut Prof Lankov: "Apakah janji Amerika tentang kemakmuran Amerika membantu Khadafi dan keluarganya? Kim Jong-un mengetahui itu dengan baik bahwa apa yang terjadi terhadap orang-orang bodoh yang percaya janji negara Barat dan meninggalkan pengembangan senjata nuklir.
Dan dia tidak ingin melakukan kesalahan ini. Sekali Anda tidak memiliki senjata nuklir, Anda benar-benar tidak akan terlindungi.
"Apakah janji Rusia atau Amerika dan Inggris untuk menjamin integritas warga Ukrania membantu Ukraina? Tidak. Mengapa dia harus mengharapkan janji Rusia, Amerika atau Cina untuk membantunya tetap hidup? Dia rasional."
Jika dia rasional, apa yang dia inginkan? Untuk hal ini, para ahli berbeda pendapat. Prof Brian Myers dari Universitas Dongseo di Busan Korea Selatan mengatakan bahwa Kim Jong-un menginginkan keamanan tetapi juga sebuah Korea yang bersatu dan rezimnya dapat bertahan untuk jangka panjang.
"Setiap orang Korea Utara mengetahui, seluruh persoalan militer - terutama kebijakan merupakan 'kemenangan akhir', atau penyatuan semenanjung dibawah kekuasaan Korea Utara."
Sebuah kekuatan nuklir akan memberinya kemampuan untuk menekan Amerika Serikat untuk memindahkan pasukannya dari semenanjung.
"Korea Utara butuh kemampuan itu untuk menyerang AS dengan senjata nuklir dengan tujuan untuk menekan kedua musuhnya itu untuk menandatangani pakta perdamaian. Ini merupakan satu-satunya tawaran terbesar yang pernah diinginkannya," kata Prof Myers.
Dan begitu tentara AS telah pergi, kekuasaan Korea Utara tidak dapat dihentikan.
Prof Lankov tidak sepakat dengan tekanan. Dia berpikir sejauh ini motif yang paling penting dibalik aksi Kim Jong-un adalah agar dapat bertahan: "Di atas semua itu, dia ingin tetap hidup. Kedua, kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi- tetapi itu merupakan urutan kedua yang sangat jauh jaraknya."