Mudik Aceh 2017
Menengok Wajah Baru Majid Raya Baiturrahman
Jika anda ke Banda Aceh sekarang, maka kamu akan mendapati wajah baru Masjid Raya tersebut.
Penulis: Nurul Hayati | Editor: Yusmadi
Laporan Nurul Hayati | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH -- Bagi masyarakat Aceh, Masjid Raya Baiturrahman (MRB) tak sekedar rumah ibadah. Masjid yang terletak di jantung Kota Banda Aceh ini telah melewati pembabakan sejarah yang panjang.
Jika anda ke Banda Aceh sekarang, maka kamu akan mendapati wajah baru Masjid Raya tersebut.
Ya, payung-payung elektrik yang menaungi lantai marmar menggantikan hamparan rumput hijau yang dulunya menyelimuti sekeliling pekarangan.
12 unit payung payung elekterik dengan kolam persegi panjang sebagai taman di tengahnya, menyulap Masjid Raya Baiturrahman layaknya Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) meresmikan proyek landscape dan infrastruktur Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Sabtu (13/5/2017).
Peresmian ditandai pemukulan beduk diiringi terbukanya satu dari 12 unit payung elektrik secara perlahan. Proyek landscape dan infrastruktur MRB mulai dikerjakan sejak 2015 oleh PT Waskita Karya dengan pagu Rp 458 miliar dan selesai Mei 2017.
Pengerjaan proyek ini tidak mengubah bentuk arsitektur masjid, melainkan menambah berbagai infrastruktur pendukung lain yang membuat masjid kebanggaan masyarakat Aceh ini terlihat semakin megah.
Seperti, pembangunan 12 unit payung elektrik berukuran 24x24 meter. Dengan adanya payung elektrik dapat menambah daya tampung masjid yang semula 9.000 jamaah di dalam menjadi 24.400 jamaah di dalam dan luar masjid.
Payung ini secara desain mengikuti payung-payung yang ada di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi dengan tujuan selain menambah keindahan masjid juga memberi kenyamanan jamaah baribadah.
Selain itu juga dibangun basement area parkir dengan luas 8.600 meter2 yang mampu menampung 254 mobil dan 347 sepeda motor, 288 titik tempat wudhu dan toilet di lantai basement dengan luas 740 m2, pemasangan lantai marmer impor dari Italia pada area plaza di bawah payung elektrik dan koridor basement dengan dinding bermotif pintu Aceh, empat unit escalator dan dua jalur khusus bagi penyandang disabilitas.
Di pelataran masjid dipasang marmer yang dibuat batas suci bagi jamaah.
Di halaman masjid juga ditanam 32 pohon kurma sebagai bentuk penyediaan ruang terbuka hijau seluas 13.000 m2 yang menyerupai Masjid Rasul di Madinah, Arab Saudi.
Pohon geulumpang atau pohon Kohler (Kohlerboom) yang sempat ditebang saat pembangunan fondasi payung elektrik pada 19 November 2015 juga ditanam kembali sebagai bukti sejarah di sana pimpinan pasukan Belanda bernama Mayor Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler ditembak mati oleh pejuang (mujahid) Aceh saat Belanda berupaya merebut dan menduduki MRB pada 14 April 1873.
Tetapi lokasinya sedikit bergeser dari tempat awal.
Jusuf Kalla yang juga Ketua Dewan Masjid Indonesia dalam sambutannya menyatakan bangga dengan wajah masjid raya saat ini.
Menurutnya, MRB merupakan ikon masjid di Indonesia. Menurutnya, masjid melambangkan peradaban bagi Aceh. Dalam keadaan bagaimana pun, rakyat Aceh selalu bersama dalam masjid.
“Tidak ada kalender masjid tanpa yang pertama Masjid Baiturrahman. Ini merupakan suatu kelebihan dan kebangaan kita semua. Apabila dikenalkan Aceh pasti yang muncul masjid ini, sama kalau di Jakarta ada Monas, di sini ada Masjid Raya Baiturrahman untuk mengatakan ini Aceh,” ujarnya.
Wapres mengapresiasi segala upaya semua pihak yang telah memajukan bidang keagamaan di Aceh dan menciptakan keindahan MRB.
Tetapi, lanjutnya, keindahan masjid akan semakin lengkap apabila sejalan dengan kemakmuran masjid, seperti masjid ramai dipakai untuk ibadah sekaligus bermanfaat untuk masyarakat.
Nah! Di Bulan Ramadhan ini, Masjid Raya Baiturrahman menghadirkan suasana berbuka layaknya di Masjid Nabawi, Arab Saudi. Menegaskan Aceh sebagai ‘Serambi Mekkah’.
Menjelang waktu berbuka tiba, umat muslim berbondong-bondong ke Masjid Raya.Di bawah payung-payung elektrik yang merekah menawarkan keteduhan, pengurus masjid menggelar takjil air timun, teh, kue-kue.
Di sini kita juga bisa menemukan kudapan khas Aceh yaitu kopi dan kanji rumbi (sejenis bubur ayam).
Pengurus Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh setiap harinya menyiapkan tak kurang 200 takjil untuk dibagikan kepada umat muslim yang berbuka puasa.
Pengurus masjid juga menerima sumbangan dari siapapun yang ingin menyumbang berupa apa saja untuk takjil.
Pengembangan Masjid Raya diharapkan bukan sebatas tempat ibadah, tapi juga pusat kajian Islam di Aceh dan Indonesia. Selain tentu saja menjadi destinasi wisata islami yang menarik minat wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Menawarkan kenyamanan bagi umat muslim yang ingin beribadah sekaligus bagi wisatawan yang datang.
Untuk diketahui, pada tahun 2016 lalu Masjid Raya Baiturrahman menyabet predikat ‘Daya Tarik Wisata Terbaik’ dalam Kompetisi Pariwisata Halal Nasional dan Kompetisi Pariwisata Halal Dunia di Abu Dhabi. (*)