Breaking News

Mengenal Attaullah, Pemimpin Gerakan Arakan yang 'Membela Muslim Rohingya'

Kelompok ini terlibat bentrokan dengan militer Myanmar di negara bagian Rakhine dalam beberapa hari terakhir

Editor: Fatimah
AFP
Pengungsi Rohingya di perbatasan Bangladesh. 

Kelompok ini pada mulanya menyebut diri sebagai Harakah al-Yaqin dan dibentuk setelah kerusuhan pada 2012, Mereka mendapatkan pendukung tambahan setelah serangan pada Oktober 2016.

Kelompok International Crisis Group menyebutkan pemimpin Arakan, Attaullah lahir dari orang tua Rohingya di Karachi, Pakistan dan dibesarkan di Mekah, Arab Saudi.

Pemerintah Myanmar menyatakan mereka memiliki kaitan dengan militan yang dilatih oleh kelompok Taliban Pakistan dan disebut sebagai organisasi teroris akhir pekan lalu (26/08).

Dalam beberapa bulan terakhir, kelompok ini mengubah nama menjadi Tentara Pembebasan Arakan.

Anggota mereka tidak dilengkapi dengan persenjataan layak dan serangan Oktober lalu dilakukan dengan menggunakan pedang dan hanya sejumlah senjata api buatan ataupun curian.

Meningkatkan sentimen anti-Muslim

Foto-foto dari senjata yang dicuri pekan lalu menunjukkan mereka sebagian besar menggunakan pedang dan ledakan buatan.

Namun sejumlah pernyataan menyebutkan serangan mereka dilakukan oleh sekitar 300-500 orang dan menunjukkan anggota ARSA meningkat dalam beberapa bulan ini.

Perlakuan terhadap 1,1 juta Muslim Rohingya ini menjadi tantangan terbesar bagi pemimpin nasional Aung San Suu Kyi yang mengecam penyerangan yang dilakukan oleh ARSA.

Kedua belah pihak saling menuduh melakukan kekejaman dalam beberapa hari terakhir, namun tuduhan itu sulit dipastikan karena pertempuran terjadi di desa-desa yang sulit diakses.

Kantor Aung San Suu Kyi mengunggah foto-foto sebagian korban melalui akun Facebook mereka dan menulis "dua perempuan dan empat anak ini selamat dari serangan dan memberitahu pemerintah."

"Teroris bertempur melawan pihak keamanan dengan menggunakan anak-anak di garis depan dan membakar desa-desa kelompok minoritas," demikian pernyataan kantor Aung San Suu Kyi.

Namun sejumlah pengungsi yang diwawancara kantor berita bercerita tentang desanya yang dibakar milisi Buddha.

"Kami besar bersama mereka. Saya tidak tahu mengapa mereka menjadi tanpa ampun," kata Rahima Khatun kepada AFP. Rahima mengatakan ia bersembunyi di bukit-bukit setelah milisi Buddha membakar rumah-rumah orang Rohingya dan menusuk pria dengan pedang.

Pengungsi lain bercerita pernah diminta pergi oleh para suami dan saudara laki mereka yang tetap tinggal untuk melawan tentara dan milisi Buddha.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved