Kisah Bule Penggali Sumur, Berkali-kali Nyaris Mati Demi Menggali Puluhan Sumur di Tanah Sumba
Maka Andre pun melanjutkan kiprahnya dengan menggali dan terus menggali sumur di seantero Pulau Sumba.
(Baca: Sangat Menyentuh, Ini Kisah Prajurit TNI di Aceh Utara yang Setia Mengantar Pulang Murid Sekolah)
Andre Graff terkesan akan keramahan masyarakat Sumba. Mereka tak pernah kehilangan senyum walau hidup menderita di tanah gersang.
Ia membandingkan mereka dengan masyarakat di perkotaan atau di negara-negara semaju Eropa.
Masyarakatnya sibuk, sebagian besar tak punya waktu, bahkan tak punya senyum.
"Di Sumba saya menemukan orang-orang yang punya banyak waktu dan punya senyum. Saya hidup bersama mereka, menurut cara mereka, benar-benar menggantungkan nasib pada alam," kata pria lajang 56 tahun ini.
Ia lantas terpanggil untuk mengabdi. Sadar bahwa hal paling mendasar dari penderitaan hidup masyarakat Sumba adalah kurangnya air, ia pun mulai berikhtiar mencari sumber air.
(Baca: Kisah Bocah Penderita Pfeiffer Syindrom, Sudah 41 Kali Operasi tapi Bisa Ikut Shalawatan)
Begitu ketemu, ia meminta bantuan orang-orang ramah untuk menggali dengan peralatan seadanya.
Tidak langsung berhasil, memang. Benar-benar trial and error.
Tapi begitu sumber air ketemu dan air memancar, kebahagiaan bagai tak terperi.
Maka Andre pun melanjutkan kiprahnya dengan menggali dan terus menggali sumur di seantero Pulau Sumba.
Sumur dalam bentuk yang sederhana memerlukan biaya sekitar Rp10 juta.
Mula-mula biaya keluar dari kantong Andre sendiri, dari tabungan dan hasil persewaan rumahnya di Prancis.
Tapi lama-lama, sumur harus makin besar dan harus dipompa dengan mesin dan ditampung.
Biayanya bisa puluhan, bahkan ratusan juta.