Bantu Bripka Deni Bangun Rumah Warga Miskin, Akmal Elhanif Beli Motor Trail Polisi Bireuen

Selain membeli trail seharga Rp 30 juta, Akmal juga menitipkan sumbangan Rp 2 juta

Penulis: Faisal Zamzami | Editor: Faisal Zamzami
Dok Bripka Deni Saputra
Akmal Elhanief dan Bripka Deni Saputra melakukan transaksi jual beli motor trail untuk biaya pembangunan rumah warga miskin di Kabupaten Bireuen. 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Niat mulia Bripka Deni Putra yang menjabat sebagai Kanit Binmas Polsek Makmur, Bireuen dengan menjual motor trail kesayangannya di akun Facebook-nya untuk membantu pembangunan rumah warga miskin segera terwujud.

Motor itu dilelang Bripka Deni seharga Rp 30 juta untuk membantu pembangunan rumah milik Usman (65), warga miskin di Gampong Pulo Teungoh,Kecamatan Makmur, Kabupaten Bireuen.

Tenyata keinginan Bripka Deni membantu warga miskin dengan menjual motor trail  miliknya di akun Facebook-nya itu sempat viral, bahkan turut diberitakan sejumlah media nasional.

Tak berselang lama, motor tersebut akhirnya berhasil dilelang oleh polisi ganteng itu. Pembelinya adalah seorang pengusaha muda asal Aceh, Akmal Elhanif.

Melansir Kompas.com, Meski tidak menyukai motor trail, Akmal Elhanif tetap membelinya dengan satu tujuan, membantu niat baik Bripka Deni membangun rumah warga miskin. 

"Saya beli trail ini bukan karena hobi, tapi ini sebagai bentuk dukungan saya terhadap Bripka Deni Saputra yang memiliki niat mulia. Itu saja," ujar Akmal saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/10/2017) sebagaiman dikutip serambinews.com.

Akmal mengaku, saat melihat postingan Bripka Deni di Facebook, ia langsung mengontaknya. Saat itu pula ia menyetujui harga yang dipasang Deni, sebesar Rp 30 juta, tanpa ada tawar menawar.

"Tujuan saya beli langsung agar Bripka Deni dapat segera mewujudkan pembangunan rumah warga miskin itu. Karena hanya ini yang dapat saya bantu dan perbuat untuk ikut membantu warga miskin," jelasnya.

Rencananya, motor tersebut akan kembali dijual. Karena ia tidak suka mengendarai motor trail. 

"Saya tidak suka naik trail. Saya beli juga tidak untuk mencari untung melainkan hanya untuk membantu mempercepat proses pembuatan rumah warga miskin oleh Bripka Deni," sebutnya.

Rumah Kakek Usman
Rumah Kakek Usman (Facebook/Bripka Deni Putra)

Selain membeli trail seharga Rp 30 juta, Akmal juga menitipkan sumbangan Rp 2 juta kepada Deni sebagai tambahan biaya pembangunan rumah. Jika nanti saat pembangunan masih kekurangan biaya, ia siap membantu kembali.

"Semoga Bripka Deni dapat segera membangun rumah warga miskin itu, dan tadi saya pesan kalau nanti kekurangan biaya agar diberitahukan, saya siap bantu," tutupnya. 

Sebelumnya diberitakan, Deni mengaku sempat mengira bangunan yang dihuni Usman adalah kandang ternak. Ia baru tahu kondisi Usman ketika hendak menyerahkan bantuan daging kurban saat Idul Fitri lalu.

Saat itu, kepala desa mengarahkan Deni untuk menyerahkan langsung daging kurban kepada Usman.

Deni mengaku terkejut saat melihat kondisi Usman yang mulai sakit-sakitan. Selama ini, Usman menghabiskan masa tuanya seorang diri.

Untuk membantu Usman, Deni ingin menjual motor kesayangannya jenis Trail KLX tipe BF SE yang ia beli dua tahun lalu.

“Saya bertanggung jawab untuk membangun rumah Pak Usman karena kondisi rumahnya sangat tidak layak dihuni. Dinding yang terbuat dari pohon pinang dan atap rumbia sudah bolong, kasian sekali saya lihatnya,” kata Deni seperti  Minggu (22/10/17).

Lewat akun Facebook, Deni membuka harga lelang Rp 30 juta atau dapat ditukar dengan bahan material untuk membangun rumah.

“Dijual cepat klx 2016 tipe BF SE kondisi fit tujuan jual untuk didonasikan, membantu  pembangunan rumah, bapak Usman  masyarakat di Gampong  Pulo Teungoh, Makmur. Bila serius inbox dan boleh tukar dengan barang bangunan senilai Rp 30 juta,” begitu yang ditulis Deni dalam statusnya di akun FB.

"Tak lama setelah saya upload status itu alhamdulillah banyak sekali yang respons positif. Saya jadi terharu dan tadi sudah ada seorang ustadz menelepon saya ingin membeli sepeda motor itu. Semoga niat saya untuk membantu warga miskin segera terwujud,” harap Deni.

"ya Allah berikan ketabahan hati pak usman.. insya Allah bisa terealisasi pembangunannya rumahnya ini.. amin.." tulisnya lagi di akun FB

Usman Tinggal di Rumah Tak Layak Huni

Memiliki rumah layak huni tentu harapan dan dambaan semua orang. Ini juga yang diimpikan Usman (65), warga miskin di Gampong Pulo Teungoh, Kecamatan Makmur, Kabupaten Bireuen.

Melansir Kompas.com, Muhammad Saleh (50), Geuchik Gampong Pulo Teungoh, Kecamatan Makmur, Kabupaten Bireuen bercerita, dua hari lalu, Bripka Deni meminta dirinya untuk mencarikan tukang dan material kayu yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah Usman.

"Karena kebetulan kayu ada di kebun saya, saya sumbang saja kayu. Nanti Pak Deni hanya mengeluarkan untuk biaya potong dan belah kayu itu, saat pembangunan nanti juga dikerjakan oleh tukang di kampung ini tiga orang,” jelasnya.

Saleh mengaku sangat berterima kasih kepada Deni yang telah membantu warganya yang sangat miskin.

Rumah Kakek Usman
Rumah Kakek Usman (Facebook/Bripka Deni Putra))

Ia menjelaskan, sudah bertahun-tahun Usman tak kunjung mendapat bantuan dari Pemerintah setempat.

Padahal, kata dia, hampir tiap tahun pegawai pemerintah datang melihat kondisi rumah Usman. Mereka hanya melakukan dokumentasi foto dan meminta foto kopi kartu keluarga.

"Tapi rumahnya tidak tahu kapan mau dibangun. Alhamdulillah sekarang sudah ada Pak Deni yang mau bangun rumah Usman," katanya.

Usman selama ini tidak memiliki penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia hanya mengandalkan sumber pendapatan dari buah pinang dan kelapa yang tumbuh di sekitar rumahnya.

Terkadang, ia hanya makan nasi tanpa lauk. Sesekali, tetangganya memberi makan.

Lantaran atap rumahnya bolong, Usman harus mengungsi jika hujan. Ia kemudian tidur di mushala desa setempat.

"Ini kasur karung goni saya masukin kapas yang penting bisa merebahkan badan saat malam," kata Usman.

Rumah Kakek Usman
Rumah Kakek Usman (Facebook/Bripka Deni Putra)

Usman bercerita, awalnya ia tinggal di rumah bersama istri dan anak perempuannya. Setelah mengidap kusta, ia kemudian pisah dengan istri yang kini tinggal di tempat orangtuanya di Matang, Bireun.

"Waktu saya berobat, istri dan anak tinggal di kampung. Karena tidak ada biaya dan kondisi rumah seperti ini, mereka akhirnya pulang ke Matang. Sampai sekarang kami pisah, tapi kami belum cerai. Kalau setiap Lebaran biasanya anak saya datang kesini menjenguk saya,” ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved