Paus Sperma, Satwa Laut Pembawa Kristal Putih
AKADEMISI dari Unsyiah memastikan paus yang terdampar di Pantai Durung, Kemukiman Lamnga, Kecamatan Mesjid Raya
AKADEMISI dari Unsyiah memastikan paus yang terdampar di Pantai Durung, Kemukiman Lamnga, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Senin (13/11) semuanya jenis sperma. Paus sperma merupakan salah satu dari banyak jenis paus, misalnya paus pilot sirip pendek, paus kepala botol, paus kepala melon, dan lain-lain.
Berdasarkan penelusuran Serambi dari berbagai sumber, dinamakan paus sperma (Physeter macrocephalus) karena di dalam tubuh paus tersebut terdapat suatu organ yang dinamakan spermaceti.
Spermaceti (sperma/benih dari Bahasa Yunani dan cetus/paus dari bahasa Latin). Paus sperma diburu untuk spermacetinya, zat yang ditemukan di kepala paus tersebut yang digunakan untuk produksi parfum, lilin, dan salep.
Spermaceti membentuk kristal putih yang keras tapi berasa berminyak saat disentuh, tanpa rasa atau bau, sehingga sangat berguna sebagai bahan dalam kosmetik, leatherworking, dan pelumas. Zat ini juga digunakan dalam pembuatan lilin dengan nilai fotometrik standar dan sebagai eksipien farmasi, seperti salep.
Para ilmuwan masih belum tahu fungsi sebenarnya dari spermaceti di rongga kepala paus sperma. Kemungkinan spermaceti berguna sebagai kontrol daya apung paus untuk membantu menyelam (meningkatkan densitas zat lilin) dan naik ke permukaan (mengurangi kepadatan lilin untuk bisa mengapung). Namun ada juga kemungkinan organ tersebut digunakan untuk memperkuat dan mengarahkan gelombang suara, saat paus sperma melakukan echolocation (pendeteksi benda-benda di sekitarnya).
Terkait organ berharga di dalam rongga tubuh paus sperma, ada beberapa berita tentang temuan barang bernilai tinggi tersebut. Di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu, seorang nelayan bernama Sukadi, pada 2 November 2017 menemukan 200 kg benda mengapung di tengah Samudra Hindia yang diduga muntahan (ambergris) ikan paus.
“Awalnya, saya sedang melaut bersama empat rekan. Tepatnya antara Pulau Dua dan Pulau Enggano saya melihat benda asing berserak di tengah laut,” kata Sukadi, sebagaimana dilansir Kompas.com edisi Senin (13/11/2017).
Sukadi menjelaskan, awalnya ia tidak tahu kalau benda yang mengapung itu adalah muntahan paus. Sukadi mengira benda yang bertebaran itu adalah limbah. “Saya cek GPS, saya kira itu limbah, lalu saya pungut dengan harapan membersihkan laut dari limbah,” katanya.
Saat benda tersebut ia kumpulkan di perahu lalu dibawa ke darat, barulah diketahui jika itu adalah muntahan paus. Sukadi mengetahui itu setelah mengecek di video Youtube.
“Saya baru sadar yang saya temukan itu adalah muntahan ikan paus bernilai mahal, maka hebohlah. Kalau saya biasa saja tidak heboh, tetapi orang lain banyak yang heboh,” ujarnya.
Sejauh ini benda yang diduga muntahan paus tersebut masih ia simpan di rumah, belum ada yang terjual. “Masih ada di rumah. Saya simpan sekitar 200 kg. Belum ada yang terjual, tetapi kalau ada yang berminat serius dengan harga yang cocok, maka saya jual,” ucapnya.
Dia mengaku sudah banyak yang menghubungi namun belum cocok harga. “Saya ingin di atas Rp 22 juta/kg, minimal Rp 30 juta per kilo,” ujar Sukadi.
Menurut Sukadi, warna muntahan paus itu putih bercampur kekuningan. Jika dirasa, seperti memegang lilin. Saat dipanaskan, meleleh dan dapat digunakan untuk menghidupkan api.
Dalam beberapa literatur, muntahan paus berharga cukup mahal, mencapai puluhan hingga ratusan juta sekilo. Ambergris merupakan zat yang menumpuk di dalam usus paus. Lama menumpuk dalam perut paus, zat tersebut menjadi padat seperti lilin dan berbentuk bongkahan.
Ambergris berbentuk solid seperti lilin dan mudah terbakar. Zat ini sangat baik digunakan sebagai bahan pembuat parfum.