Pilkada Subulussalam Jadi Pembicaraan Hangat di Kota Hingga Desa, Lalu Apa Harapan Warga?

Tapi nuansanya sudah mulai terasa di mana-mana menyusul proses dan tahapan dari KIP setempat sejak dua bulan lalu

Penulis: Khalidin | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN
KETUA KIP Subulussalam, Drs Syarkawi Nur foto bersama Wali Kota Subulussalam H Merah Sakti SH usai menandatangani NPHD Pilkada 2018 sebesar Rp 17 miliar, Kamis (27/7/2017). 

Tidak itu saja, juga sering mendengar figur calon diperbincangkan masyarakat di beberapa lokasi keramaian dan warung di Kota Subulussalam.

Munculnya informasi tersebut pasti tidak terlepas dari kepentingan politik dan persaingan antarkandidat dalam Pilkada mendatang.

Di sisi lain, sejumlah rumah penduduk pun tak luput dari sasaran untuk dijadikan sebagai media sosialisasi para kandidat.

Tak ketinggalan, para kandidat yang ingin mengadu nasib di pesta politik lima tahunan sekali itu pun mulai intens bersosialisasi dengan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti menggunakan jejaring sosial facebook.

Baca: Tiba-tiba, Wali Kota Subulussalam Mutasi Sepuluh Pejabat

Bahkan mulai bermunculan grup–grup yang mendukung calon tertentu memanfaatkan jejaring facebook dan intagram.

Beberapa calon mulai mengusung isu perubahan, walaupun isu perubahan tersebut sesungguhnya bukan persoalan baru.

Sementara, sejumlah masyarakat yang ditanyai Serambinews.com mengaku sudah bosan dengan janji-janji kandidat.

Bagi mereka siapapun pemimpin tidak masalah yang terpenting pemimpin yang bisa meningkatkan taraf hidup kesejahteraan masyarakatnya.

Baca: Suhu Politik Mulai Memanas Jelang Pilkada Subulussalam

Seperti yang disampaikan Ramlah, salah seorang warga yang saban hari bekerja sebagai buruh tani.

Ramlah berharap agar para pemimpin di Subulussalam tidak hanya sekadar pintar berjanji.

Menurutnya bercermin dari masa lalu begitu banyak masyarakat yang kecewa, setelah apa yang menjadi tujuan para kandidat tercapai lalu lupa dengan janji dan apa yang diharapkan oleh masyarakat.

Bagi mereka yang dibutuhkan adalah pemimpin yang bisa memperhatikan nasib mereka, khususnya petani, pedagang pasar dan buruh miskin.

Mereka berharap pemimpin bisa membuka lahan pekerjaan sehingga bisa mengurangi pengangguran.

“Siapapun pemimpin kami ini begini-begini sajanya, karena semua sama, kalau sudah terpilih lupa sama rakyat, kami hanya perlu saat pilkada dan pemilu,” kata Ramlah penuh pesimis. (*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved