Hari Ini Dalam Sejarah, KMP Gurita Tenggelam di Sabang, 54 Orang Meninggal dan 284 Dinyatakan Hilang

Dari total 378 penumpang, 40 orang selamat, 54 orang ditemukan meninggal, dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita.

DOK SERAMBINEWS.COM
KMP Gurita yang tenggalam di Perairan Ujong Seukee, Sabang, 19 Januari 1996. 

Laporan Masrizal | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Selain konflik senjata dan musibah gempa serta tsunami, ada satu kisah lain yang menghiasai sejarah Aceh, yaitu tenggelamnya Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Gurita.

Musibah ini terjadi ketika Aceh masih berstatus Daerah Operasi Militer (DOM). Di tengah tidak menentunya kondisi Aceh, tiba-tiba berita duka menyelimuti Aceh.

Dari catatan sejarah, KMP Gurita tenggelam saat melakukan pelayaran dari Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar, menuju Pelabuhan Balohan, Sabang pada Jumat, 19 Januari 1996.

Malam itu, kapal feri buatan Jepang tahun 1970 itu mengangkut 378 penumpang. Jumlah tersebut bukanlah kapasitas sebenarnya karena muatan kapal hanya 210 orang.

(Baca: Doa Bersama Iringi Peringatan 21 Tahun Tragedi Tenggelamnya KMP Gurita)

(Baca: Kapal Layar Asing tanpa Awak Terdampar di Anoe Itam Sabang)

(Baca: Bismarck, Kapal Perang Terbesar Milik Nazi yang Dikalahkan Setelah Dikeroyok dari Laut dan Udara)

Berdasarkan data yang dihimpun Serambinews.com dari Wikipedia, dari total 378 penumpang, 282 orang di antaranya warga Sabang, 200-an warga luar Sabang, serta 16 warga negara asing. Saat itu, banyak penumpang diketahui ilegal.

Kapal tersebut juga dipaksakan mengangkut barang yang jumlahnya mencapai 50 ton, seperti 10 ton semen, 8 ton bahan bakar, dan 15 ton tiang beton listrik.

Ditambah lagi dengan bahan sandang-pangan kebutuhan masyarakat Sabang serta 12 kendaraan roda empat dan 16 roda dua. Kapal mulai berlayar sekira pukul 18.45 WIB.

Sebelum berangkat, tidak tampak keanehan ketika semua penumpang memasuki kapal yang tergolong tua itu. Badan kapal masih cukup stabil menahan beban, tidak oleng.

(Baca: BREAKING NEWS: Darah Keluar Dari Kepala dan Telinga Warga Sabang, Akibat Tertimpa Pohon)

(Baca: Sabang, Libur Tahun Baru yang ‘Santai Banget’)

(Baca: VIDEO: Ini Dia Sebagian Kecil Keindahan Bawah Laut Sabang)

Muatan sesak sebenarnya sudah lazim terjadi dalam kapal bertipe Feri Roll On-Roll Off (roro) dengan panjang 32,45 meter, lebar 7,82 meter, dan tinggi 2,54 meter.

Yang menjadi pembeda hari itu, kebanyakan penumpang adalah warga Sabang.

Mereka pulang kampung untuk menyambut hari meugang dan puasa pertama yang jatuh pada 22 Januari 1996.

Menurut rencana, kapal itu seharusnya tiba di Pelabuhan Balohan, pukul 21.00 WIB.

Namun belakang diketahui kapal yang kelebihan muatan itu tenggelam antara 5-6 mil laut dari Perairan Teluk Balohan, Sabang.

(Baca: VIDEO: Nelayan Sabang Gelar Atraksi Adat Melaot)

(Baca: KRI Bima Suci, Kapal Phinisi Terbesar Milik TNI Angkatan Laut Merapat Ke Sabang)

Berdasarkan data yang dihimpun, dari total 378 penumpang, 40 orang dinyatakan selamat, 54 orang ditemukan meninggal, dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita.

Hingga kini, bangkai kapal tersebut tidak berhasil di angkat dari dasar laut.

Hari ini, Jumat (19/1/2018), tragedi itu sudah berusia 22 tahun.

"Hari ini tepat 22 tahun peringatan tenggelamnya KMP Gurita yg di peringati dengan doa bersama sambil memutar di lokasi kejadian di dalam kapal KMP BRR dan prosesi tabur bunga bagi para syuhada tersebut. ALFATIHAH," tulis seorang warga Sabang, Fitri Juliana di status facebook-nya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved