Gempa Aceh 5,3 SR yang Ke-23 di Indonesia Tahun 2018, Adakah Hubungan dengan Penelitian Ini?

Sedangkan di Indonesia, gempa Aceh sore ini merupakan yang ke-23 kali sejak awal tahun 2018, khusus yang berkekuatan 5,0 ke atas.

KOLASE/BMKG
Gempa Aceh 5,3 SR, Kamis (8/2/2018). 

Dan kali ini periode pelambatan ini sudah dimulai sejak empat tahun yang lalu. Itu berarti tahun depan kita sudah bisa melihat peningkatan jumlah gempa bumi.

Jika tahun ini hanya terjadi 6 gempa bumi, tahun depan kemungkinan bisa terjadi hingga 20 kali gempa atau tiga kali lipat lebih banyak.

Sayangnya peneliti belum memprediksi di wilayah mana gempa ini akan terjadi. Meski begitu Bilham sempat melontarkan asumsinya jika gempa bisa terjadi daerah khatulistiwa, mengingat sebagian besar gempa bumi yang hebat terjadi dekat dengan wilayah itu.

Klaim tersebut tidak didukung ahli lainnya

Salah satu yang tidak mendukung kesimpulan penelitian Bilham dan Bendick adalah Otago Earthquake Science Group.

Hal itu diungkapkan oleh profesor Mark Stirling dari University of Otago.

"Kami melihatnya hal itu sebagai korelasi kebetulan antara kejadian gempa dan fenomena yang tidak terkait," kata Stirling dikutip dari Newshub, Senin (20/11/2017).

Hal serupa juga dikatakan oleh Dr Virginia Toy yang merupakan dosen senior dari Univesity of Otago. Dia mengatakan bahwa korelasi statistik telah dibuat sebelumnya namun penelitian terbaru seharusnya tidak menimbulkan panik.

"Ada penelitian yang membahas apakah gempa bumi didahului oleh kilat atau terkait dengan pasang surut Bumi. Beberapa dari hasil korelasi hasil itu dapat dibuktikan secara statistik, tapi yang lain tidak," ujar Toy.

Dr Tim Stahl, dosen Geologi Tektonik dari University of Canterbury, mengatakan ingin melihat klaim Bilham dan Bendick dapat ditinjau oleh rekan seprofesinya.

"Penting untuk dicatat bahwa para penulis secara eksplisit menyatakan secara abstrak bahwa lokasi, waktu, atau magnitudo gempa bumi belum dapat diprediksi, bahkan jika pengamatan dan interpretasi mereka akhirnya dikonfirmasi oleh peneliti lain," kata Stahl.

Klarifikasi

Setelah membuat banyak orang merasa takut dengan tulisannya itu, Bendick ternyata merasa "bersalah" dan memberikan penjelasannya.

Bendick juga membenarkan bahwa kesimpulan tersebut belum final karena belum dilakukan uji laboratorium atau masih butuh studi lanjutan untuk membenarkannya.

Namun, mereka terlanjur mendapat reaksi keras dari para ilmuwan lainnya yang dikira hanya mengejar sensasi.

Hal ini dimaklumi dan telah disadari oleh Bendick sebelumnya.

Namun, dia berkata bahwa bila prediksi yang tepat bisa menyelamatkan nyawa banyak orang, taruhannya terlalu tinggi untuk tidak dicoba.

Berita selengkapnya tentang penjelasan kedua ilmuwan tersebut klik di tautan ini.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved